Thursday 5 May 2011

Cara Menolak Kampanye Terselubung di Mesjid

Pekanbaru, 6 Mei 2011

Ada hal menarik ketika aku dan seorang imam mesjid disalah satu mesjid dipekanbaru ini bercerita tentang fenomena kampanye di mesjid yang marak belakangan ini. Tema ini terangkat berkenaan akan berlangsungnya pemilihan orang nomor 1 yang akan memimpin pekanbaru yang akan dilaksanakan bulan mei ini.

Imam mesjid yang juga hafizh quran plus suara yang mirip imam-imam ditanah haram ini bercerita.

Suatu kali beberapa tahun lalu, seorang tamu yang patut untuk diduga kuat sebagai tim sukses dari salah seorang calon yang ingin memperebutkan kursi pimpinan wal amanah rakyat mendatangi imam mesjid ini. Tamu tersebut mengatakan bahwa si fulan(sang calon) ingin menyumbangkan sejumlah uang yang cukup besar kepada mesjid, untuk itu mereka berencana akan membuat suatua acara serah terima di mesjid tersebut. Untuk hal inilah maka tamu itu meminta izin kepada sang imam.

Praktek seperti ini sudah bukan merupakan hal asing di tiap kali akan berlangsungnya pemilihan calon pemangku amanah, baik itu dari legislatif maupun eksekutif. Berdalih akan menyumbang uang dalam jumlah besar kepada mesjid, lantas membuat acara serah terima. Didalam acara tersebut ada kata sambutan dari sang pemberi sumbangan, disaat itu ia ingin menunjukkan “Siapa dia”, menunjukkan kerisauannya terhadap negeri ini, dan tidak jarang tersirat ungkapan yang bernilai negatif terhadap pemimpin yang lama,kemudian diakhir acara dipolesi dengan ceramah agama oleh ustad dan doa bersama agar terkesan agamis nasionalis. Tidak cukup dengan acara seremonial diatas, terkadang juga memberikan kenang-kenangan kepada tiap jemaah yang hadir ketika itu dengan oleh-oleh kecil, baik itu berupa buku yasinan yang pada bagian simpulnya ada gambar sang pemberi uang, atau sekedar kipas lipat yang juga dihiasi gambar-gambar yang ada “petunjuk” agar memilih sang pemberi sumbangan. Tidak jarang juga ada baleho besar yang terpajang sebelum memasuki mesjid dengan tulisan “SELAMAT DATANG FULAN DAN FULAN”, baleho ini sengaja dibiarkan terpajang untuk beberapa hari di area memasuki mesjid.

Ku jadi teringat dengan salah satu adegan ditelevisi yang menyindir gaya kampanye seperti ini. Dimana pada adegan tersebut, setelah sumbangan diberikan kepada mesjid, kemudian sang pemberi sumbangan (dengan gaya yang dibuat-buat agar terkesan menyindir) diwawancarai beberapa wartawan dan mengatakan lebih kurang :
“kami mengundang bapak-bapak dan hadirin disini untuk menyaksikan acara ini bukan bermaksud riya’, karena kami tau lebih baik bersedekah itu sembunyi-sembunyi agar terhidar dari riya, tapi kami ingat ajaran agama yang menjelaskan bahwa siapa yang mencontoh suatu kebaikan, dan kemudian orang-orang mengikutinya, maka baginya pahala orang-orang yang mencontoh tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang melakukannya. Untuk itulah..., kami harapkan rekan-rekan wartawan untuk mengekspose kegiatan ini seluas-luasnya agar kami mendapat pahala yang banyak ,ya.. ya.. ya..ya ???”

Mungkin yang dimaksud pada adegan tersebut adalah hadist sebagai berikut :


مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

“Barangsiapa melakukan suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa melakukan suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikitpun.” (HR. Muslim no. 1017).

Tidak ada masalah dengan hadist tersebut, namun menjadi masalah jika salah dalam penempatan dan pemahaman, apa lagi jelas sekali ada indikator lain yang mendorong orang tersebut melakukan hal tersebut.
Sama saja kasusnya jika ada orang yang menjadi peminta-minta sedekah mengeluarkan dalil-dalil atau hadist tentang keutamaan sedekah kepada orang yang ingin dimintai sedekahnya, tentunya hal ini adalah salah dalam penempatan hadist, bahkan sangat tidak layak menggunakan hadist keutamaan sedekah bagi orang peminta-minta.
Begitu juga hal nya bagi calon kandidat pemangku amanah rakyat ini, sungguh sangat tidak layak mereka menggunakan dalil dari hadist diatas untuk mengkampanyekan diri mereka.

Kembali kepada cerita semula...
Setelah panjang lebar tamu tersebut bercerita dan membujuk agar “jagoannya” dapat menjadi penyumbang dana di mesjid tersebut, maka dengan sopan dan elegan sang imam tersebut menjawab dengan jawaban yang “sangat jarang ditemui” pada mesjid-mesjid lain. Karena biasanya, para pengurus mesjid justru sangat antusias mengambil kesempatan di saat-saat seperti ini agar mesjidnya didatangi. Pengurus mesjid tidak peduli kecuali hanya 1 hal, yakni “sumbangan uang kepada mesjid”. Soal dari mana datang duitnya, ikhlaskah sang pemberi dana, apa motif tersembunyi dibalik pemberian dana, bagaimana nanti menjawab diakhirat tentang dana mesjid ini, pengurus mesjid sengaja menutup mata dan hati nya. Padahal sering kita dengar sepenggal hadist yang mengatakan : "Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinan kamu." (HR Bukhari dan Muslim).

Sang imam itu berkata :

“ Saya sangat senang jika ada yang ingin menyumbang sejumlah dana pada mesjid dikampung ini, apa lagi mesjid ini memang masih memerlukan dana untuk pembangunan. Tapi ada hal lain yang menjadi pertimbangan yang menghalangi saya selaku yang diamanahkan sebagai imam di mesjid ini.

Pertama, dalam waktu dekat ini si fulan yang anda maksudkan itu dalam hitungan hari lagi akan ikut bertarung dalam pemilihan dikota ini, saya tidak menuduh bahwa si fulan itu bermaksud lain atau tidak ikhlas karena Allah ketika menyumbang dana kemesjid kami, tapi menyumbang disaat-saat seperti ini sangat rawan akan fitnah. Mungkin maksud si fulan itu ikhlas semata karena Allah, tapi masyarakat belum tentu menilai seperti itu.

Dan yang kedua, selain fitnah akan terjadi kepada anda dan sifulan, fitnah ini juga akan akan menimpa saya juga, karena masyarakat mungkin akan menganggap saya telah mendukung atau ikut menjadi salah satu tim sukses dari sifulan, sementara masyarakat disini belum tentu 100% menyukai si fulan, hal ini akan menyebabkan rusaknya persaudaraan di tengah masyarakat dan kepercayaan masyarakat di kampung ini kepada saya.

Saya punya solusi yang baik agar “niat baik dan mulia” dari anda dan fulan terlaksana dengan aman, kita tunda saja sampai hari pemilihan yang hanya dalam hitungan jari ini. Begitu pagi harinya pemilihan, maka malamnya kita adakan acara penyerahan sumbangan. Pada malam itu, jangankan 10 juta rupiah, satu goni/karung pun kami terima dengan lapang.”

Wal hasil.., kesepakatan atau hajat tamu pada malam itu tidak tercapai, dan ternyata setelah pemilihan berlangsung, sepertinya si fulan lupa akan “niat baik dan mulia” nya tersebut.
==============================================
Artikel terkait wal serupa Aduhai.. dirimu Wahai Caleg

Comments
1 Comments

1 comment:

  1. Saya usul ingin cari pengisi penceramah pada bulan Ramadhan jangan dari orang yang ikut partai

    ReplyDelete