Kisah
14 November 2007. pukul 23 lewat 22 menit.
Mengenang mak di usia tua nya…..
Mengenang ayah di masa hidupnya…..
“Icun…dah jam lapan dah,tak kerje”. Teriak mak dari bawah tangga.
Seperti biasa.. hampir setiap hari mak membangunkanku dari tidurku. Kebiasaan burukku habis sholat subuh kemudian tidur lagi dimulai ketika ku kost di gang sipirok, Dr mansyur
“Yee….dah bangkit dah..” balasku dengan segera, karena sebelum ada jawaban dariku mak akan terus berteriak membangunkanku. Ku ambil baju kaos oblongku dan sambil menuruni tangga ku kenakan baju tersebut. Ku terus menuju dapur dan kubuka kran air di tempat pencucian piring dan ku basuh muka dan ku basahi rambutku. “induk teh dah mak buat tu”. Ku ambil gelas, ku bubuhi gula secukupnya dan ku tuangkan induk teh yang telah dibuat mak sampai ½ gelas, ½ nya lagi ku tambahi dengan air hangat.
Nasi goreng buatan sepecial mak telah terhidang di meja makan. Ku ambil piring dari dapur dan ‘tak lengah’ ku ‘transfer’ nasi goreng special tersebut dari tempatnya ke piringku. “mak dah makan.??”tanyaku. “daaah” jawabnya sambil duduk di kursi santai yang biasa diduduki sewaktu menonton televisi.
Ku tidak ingat awal cerita kami pada pagi itu. Tapi yang jelas pagi itu mak bercerita kisahnya dengan ayahnda tercinta. Sementara ku mendengarnya sambil makan nasi goreng buatan mak. Inilah ceritanya….
*****
Kampong itu bernama Meranti Bunting, sebuah kampong kecil di pinggir salah satu pulau di kabupaten bengkalis riau. Mata pencaharian penduduk adalah nelayan, noreh getah (motong karet).dan sebagian lagi berlayar berdagang ke
Ramlah binti M. Nuh (nama mak..) adalah anak ke 2 dari 7 bersaudara dari pasangan Muhammad Nuh dan Maimanah binti Muhammad Arif. Haji Muhammad arif memiliki istri 7 orang. Maimanah merupakan buah perkawinan haji muhammd arif dengan wan dong. Ramlah sebagaimana gadis kampong lainnya meskipun pernah mengecap pendidikan sekolah rakyat tapi tidak sampai menamatkannya. Sejak kecil hingga gadis Ramlah tumbuh dan berkembang di kampong tersebut.
Abdullah bin dun bin bujang adalah anak dari pasangan bah dun dan mak alang siyah. Abdullah termasuk orang yang beruntung dikampung tersebut, semangatnya untuk sekolah tidak pernah surut meski banyak kesulitan dan tantangan yang dihadapinya. Dari kelas 1 sampai kelas 4 sekolah rakyat dimeranti bunting, selanjutnya pindah ke telut belitung bersama keluarga pak ali. Tamat sekolah rakyat merantau dan melanjutkan sekolah ke selatpanjang, tinggal dengan ucu jalil dan cik pesah. 3 hari Abdullah tinggal dengan ucu jalil, mereka mengangkat anak cina (kak ros namanya). Abdullah lah yang mengurusi segala keperluan dari kak ros tersebut. Mulai dari memberi makan, menidurkannya, memandikannya, dan sebagainya. Setelah semua itu berakhir, Abdullah melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Pendidikan Guru di tanjung pinang. Tamat dari SPG, Abdullah kembali ke selatpanjang dan mengajar SD disana lebih kurang setengah tahun.
*****
Ramlah tumbuh menjadi seorang gadis. Perjodohan ramlah dengan Abdullah anak ngah peah terjadi. Abdullah anak ngah peah ini tinggal di dumai, sementara ngah peah tinggal di sungai apit. Yang merundingkan perjodohan ini adalah yong yahyo. Yong yahyo adik beradik dengan ucu kiyah dan maimanah (ibu dari ramlah). Yong yahyo tinggal di dumai, dan ucu kiyah tinggal di selat panjang.
Informasi dan transportasi saat itu sangat sulit.
*****
Terjadi rapat besar dirumah keluarga M.nuh dimalam datangnya
Sebuah
“jodohmu bukan Abdullah dumai, tapi Abdullah di selatpanjang, marilah kita sama-sama menjadikan rumah tangga kita mawaddah, bahagia..dst…”
Pernikahan antara ramlah binti M.nuh dengan Abdullah bin dun ini melahirkan 7 orang anak yaitu, ida suryani (kak ida), sri ramnawati (kak wati), harlinawati (kak na), sri rihani (kak han), mauliwarman (bang war), syamsul hilal (bang icam) dan surya syahrani bin Abdullah bin dun bin bujang al-riau (icun abra).
Icun bin Abdullah bin dun bin bujang al-riau