Pekanbaru, 5-6 November 2010
Generasi Rencana : Nikah Muda Dengan Penuh Rencana.
sekedar sebuah opini :
Rencananya ku hanya ingin membuat tulisan sederhana sekedar catatan kecil pada notes in facebook ku, tapi karena ternyata lama-kelamaan ini tulisan menjadi panjang dan telah mencukupi syarat standar yang telah ku tetapkan sendiri khusus di blogku, maka tulis ini “terpaksa” dipublish di halaman blog ku ini.
Ku hanya sekali melihat iklan BKKBN yang bertemakan “GenRe alias Generasi Rencana” di televisi. Didalamnya ada tulisan “Ogah Nikah Muda”, iklannya menceritakan begitu susah dan repotnya nikah ketika muda.
Ada kalimat : “sorry3x jack ogah ah kawin muda, sorry3x bang nikah perlu rencana” dengan irama lagu keong racun yang juga di lipsting oleh duet penyanyi yang di istilahkan teman-teman dengan artis “mendadak tenar”.
Entah kenapa, ku tersulut emosi ketika melihat iklan tersebut, bukan kepada penyanyinya, bukan juga ku menafikan ada benarnya tentang "nikah perlu rencana". tapi ku kurang setuju kepada ide yang diangkat, dalam hatiku ketika itu berucap :
Hai...hai... apa-apaan ini..., generasi muda yang sudah jauh dari norma dan agama saat ini, generasi muda yang menghalalkan melakukan tindakan asusila hanya dengan ikatan pacaran. Orang tua yang dengan senang hati membiarkan anak gadisnya dibawa laki-laki keluar malam karena di ikat dengan sebuah ikatan tali hina yang disebut “pacaran”. Anak gadis yang memeluk laki-laki di diatas kendaraan roda dua dengan mesranya tanpa rasa malu sedikit pun, terutama dimalam minggu. Ciuman pipi yang dianggap halal kalau bertepatan ulang tahun dan dilakukan di depan umum alias kawan-kawan. Nongkrong di tempat-tempat yang cukup mendukung terjadinya tindakan asusila. Berduaan didalam mobil dan memarkir mobil di pinggir jalan atau di taman namun dan tidak keluar-keluar dari mobil (emang apa yg dilakukan mereka? ), menggandeng/memeluk pasangan di tepi pantai tanpa malu dilihat orang-orang. Semua ini NYATA di mata kita, bahkan mungkin NYATA di tengah tengah keluarga kita, bahkan mungkin kita termasuk pelakunya.
Belum lagi kasus aborsi yang terbilang besar, kasus ketidak perawanan yang sangat tinggi di usia muda, semua ini merupakan dampak “tidak mau nikah muda, tapi mau ‘kawin’ muda”.
Berikut ku kutip beberapa penggalan kalimat yang mengungkap tragisnya perkara ini dari hasil googling:
“Dari beberapa sumber, jumlah kasus aborsi di Indonesia setiap tahun mencapai 2,3 juta, 30 persen diantaranya dilakukan oleh para remaja.” (tahun 2009 : scbsradio. co. cc)
“Berdasarkan penelitian, tujuh dari dari sepuluh perempuan telah melakukan hubungan seksual sebelum berumur 20 tahun. Sementara satu dari enam pelajar perempuan aktif bergaul seks bebas. Paling sedikit mereka berganti pasangan dengan empat laki-laki yang berbeda-beda.” (tahun 2009 : scbsradio. co. cc).
“Pada 2008, menurut keterangan Direktur Remaja dan Perlindungan Hak-Hak Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat (BKKBN), M Masri Muadz, sebanyak 63 persen remaja Indonesia usia SMP dan SMA sudah melakukan hubungan seksual di luar nikah.” (tahun 2008 : abiejournal.wordpress. com)
“66 persen remaja putri usia sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA) tidak lagi perawan. Data ini beradasar hasil Survei Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang dilakukan secara nasional.” (2010 : bangkapos. Com )
Sekitar satu bulan lalu, terjadi kasus di kost-kost-an mahasiswi di dekat rumahku, pemuda setempat menangkap pasangan mahasiswa karena kelihatan lagi ciuman di teras kost. Rupanya sang laki-laki mencium kekasihnya, yang rupanya saat itu sedang berulang tahun. Kasus ini kemudian di bawa ke perundingan di rumah pak RT yang melibatkan orangtua pihak laki-laki dan wali dari wanita. Ajaiibnya.., tidak ada rasa malu bagi kedua mahasiswa tersebut, dan sepertinya tidak ada perasaan malu dan hina bagi orangtua pelaku, padahal ramai yang menyaksikan perundingan damai tersebut. Seolah-olah ini hal yang wajar, tidak ada yang harus dimalukan. Ya Allah... sudahlah pemudanya rusak, yang tua pun sama rusaknya.
Ada lagi kasus beberapa bulan lalu, seorang mahasiswi berlari kearah kami ( ketika itu diriku bersama teman), ia minta tolong untuk membantu temannya yang lagi kesurupan di rumah kostnya. Awalnya hanya 1 orang yang kesurupan, namun kemudian teman dekat yang sedang ksurupan ikut kesurupan pula. Kami pun datang kerumah mereka, terlihat dua mahasiswi sedang tidak sadarkan diri, dan melakukan tindakan-tindakan dalam keadaan tanpa sadar. Udah letih mulut ini mengeluarkan ayat-ayat alquran, udah lelah tangan ini memegang tangan dan kaki mahasiswi tersebut dari meronta-ronta. Namun tidak ada tanda-tanda bahwa mereka sedang dirasuki sesuatu. Wal hasil, setelah di selidiki, ternyata semua ini berawal dari adanya telpon yang mengatakan bahwa pacar dari si kesurupan pertama tersebut kecelakaan (padahal tidak terjadi apa-apa atau hanya sekedar kecelakaan ringan saja). Dengan berita ini ia langsung syok dan stress berat, kemudian teman dekat yang lagi kesurupan ini, ikut syok juga. Mendengar penjelasan ini kemudian kami minta agar pacarnya itu untuk hadir. Wal hasil.., aneh bin ajaiib. Setelah pacarnya datang-yang juga masih seusia, kemudian kami saksikan ia memegang tangan kekasihnya itu (sementara itu sang kekasih belum juga berani membuka matanya sejak awal ‘kesurupan’) sambil berucap : “dek.., ini abang..” beberapa kali. Mual juga perut kami mendengar ucapan seperti itu (untung saja tidak sampai muntah), namun hanya dalam tempo beberapa detik saja, semua kembali normal, walaupun si mahasiswi tersebut tampak lelah. Kami segera meninggalkan rumah kost tersebut sambil berucap “Kaweeeeen ajeeelah...”. (“kawin saja lah” ,red)
Sebenarnya dalam Islam hanya ada dua solusi untuk anak-anak muda :
1. Berpuasa, atau
2. Segera menikah.
Kalau tidak sanggup maka berpuasalah, kalau mampu maka segeralah menikah. Tidak ada konsep kalau belum mampu maka pacaranlah.
Dari Aisyah ra., berkata: bahwa Nabi saw. bersabda: “Menikah adalah sunnahku; Barangsiapa yang tidak mengamalkan sunnahku, maka ia bukan termasuk ummatku. Menikahlah, karena aku akan membanggakan jumlah besar kalian di hadapan umat-umat lain. Barangsiapa yang memiliki kesanggupan, maka menikahlah. Jika tidak, maka berpuasalah karena puasa itu bisa menjadi kendali.” (Riwayat Ibn Majah, lihat: Kasyf al-Khafa, II/324, no. Hadis: 2833).
Ku teringat ucapan pak mario teguh dalam episode “Fall In and Out Of Love”. Lebih kurang ia katakan :
“Kebutaan sementara – ketulian sementara dalam jatuh cinta, itu tujuannya supaya anda segera memutuskan bersama-sama”
Apa yang ingin ku sampaikan disini bahwa kasus rusaknya nilai agama, norma dan budaya, rasa malu, tindakan asusila yang dibiarkan dan seolah mendapat legitimasi, maksiat yang terang-terangan, zina-zina yang dilakukan dengan dalih pacaran, Semua ini terlalu amat sangat Nyata terjadi di tengah-tengah kita. Dan hal ini jauh lebih parah dan layak mendapat sorotan tajam di banding mengangkat kalimat-kalimat “ogah nikah muda, nikah perlu rencana”. Dengan pengertian, “tidak mau nikah muda” tapi menghalalkan tindakan asusila dan norma agama jauh lebih nyata dampak parahnya saat ini dibanding “nikah muda”.
Sebenarnya kalau kita teliti, andaipun di iklankan agar segera menikah muda dengan memaparkan segala keindahannya, tetap belum tentu kaum muda berani melakukannya. Lihat saja para aktifis islam dari kalangan mahasiswa dan siswa Sekolah Menengah Atas, di tangannya ada buku-buku yang menganjurkan nikah muda seperti : “indahnya pernikahan dini”, atau KKN (kuliah Kerja Nikah), semuanya mengiklankan begitu indah dan nikmatnya menikah di usia muda. Tidak cukup dengan buku, dalam ucapan-ucapan keseharian mereka pun terkadang saling memberi motivasi agar untuk segera menikah. Namun apakah dengan ini mereka langsung tanpa perkiraan dan rencana melakukan pernikahan ??? Tidak, bahkan terlalu sedikit para aktifis mahasiswa islam yang berani melakukannya.
Lantas kenapa ada kasus menikah muda tanpa rencana ?? menurut hematku pernikahan muda tanpa rencana itu sebenarnya lebih merupakan pernikahan muda karena terpaksa. Semuanya sudah terlanjur, hubungan sudah terlalu jauh, perjalanan dengan ikatan pacaran sudah seperti semi-suami-istri, bedanya Cuma tidak serumah saja. Ketika sampai titik klimaksnya maka tanpa rencana, terpaksa dilakukan pernikahan. Jadi, yang menjadi biang permasalahannya bukanlah pernikahan mudanya, tapi karena hancurnya norma dan nilai-nilai ketimuran dalam pergaulan anak muda, hilangnya rasa malu, rusaknya agama dalam diri anak muda, tidak adanya kontrol sosial dari keluarga dan masyarakat. Dan seharusnya ini yang menjadi sorotan tajam. Kita saksikan anak muda yang menikah muda dengan landasan agama hidupnya penuh ketenangan, hidup bahagia walau sederhana. Kita saksikan juga di daerah-daerah yang jauh dari perkotaan, dimana anak-anak muda nya rata-rata menikah di usia muda, setelah tamat Sekolah Menengah Pertama, trus kerja dan melangsungkan pernikahan, dan mereka hidup sebagaimana biasanya.
Sudah selayaknya dengan kondisi seperti ini, kita pertemukan antara dua kasus ini dengan solusi yang lebih layak, misalnya dengan selogan “nikah muda yang berencana”, atau “rencakanlah untuk nikah muda”. Atau kalau pun tidak mau mengajurkan nikah muda, sebaiknya jangan dikambinghitamkan “nikah muda”nya.
Mohon maaf jika kurang berkenan, namanya aja sebuah opini.., bolehkan ?? :) :D
== icun bin abdullah ==
Friday, 5 November 2010
Generasi Rencana : Nikah Muda Dengan Penuh Rencana
Labels:
opini
0 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)