Pekanbaru, ditulis mulai Pukul 10.09 WIB 8 April 2009 s/d pukul 15.03 WIB 21 Desember 2009
Ku lihat dia sedang mencoba memasukkan catrige printer di ruangan dosen pembimbingnya, dari balik jendela kaca bening ku perhatikan untuk beberapa saat, ternyata hasil usahanya untuk mengembalikan catrige printer yang telah disi penuh dengan tinta refill tetap tidak berhasil. Ku coba ambil kesempatan ini untuk menjadi awal pertama ku komunikasi dengannya. ‘kali ini harus berhasil’ gumamku dalam hati.
“napa?? gak bisa ya.?? Blom baca bismillah mungkin..”
sambil tersenyum ku ucapkan kata tersebut sebagai kata pembuka. Kalimat itu adalah kalimat pertama yang terjadi diantara kami berdua.
Setelah dia melepaskan tangannya dari catrige printer tersebut, ku coba mengarahkan tanganku menyentuh catrige yang telah berada di posisinya dan menekan sambil mengangkatnya sedikit keatas sampai terdengan bunyi ”tik” yang berarti catrige telah bersarang di printer dengan benar.
Ku tunggu dilorong di pintu keluar ruangan, beberapa saat kemudian dia telah menyelesaikan kerjaannya di ruangan tersebut, setelah dia keluar dari ruangan, ku sapa dia kembali dengan logat melayu,
”awaktu adiknyeeee.....” sejanak ku coba mengingat satu nama dimemori kepalaku, tapi langsung dia sambar tanyaku itu
”kak uli ya??” katanya.
Kak Uli itu adalah kakak sepupunya, juga adalah temanku sejak SMA. Tebakannya itu disebabkan kami pernah jumpa di majelis pernikahan sepupunya itu. Ketika itu kuhadir bersama seorang temanku. Ku lihat dia mondar mandir diwilayah pesta tersebut, seraut muka yang cukup familiar, yang beberapa kali kulihat di fakultas pertanian tempat ku bekerja. Sejak itulah ku merasa memiliki energi yang cukup untuk mencari tau tentang dirinya.
”bukan, adiknya bang nasrullah kan??” sambungku.
”iya.., abang kawannya bang nas ya” tanyanya.
”gak, pernah satu kerja dengannya di politeknik bengkalis” jawabku
”ohh” katanya..
Sejenak diam.. trus dia berucap ” pergi dulu..”. ku jawab dengan senyuman aja.
tebakanku ternyata benar, dia adalah adik dari bang narullah, kami pernah sama-sama bekerja di politeknik bengkalis, namun kami tidak akrab karena berbeda program studi.
Sebenarnya ini adalah kesempatan keduaku untuk membuka komunikasi dengannya, sayangnya kesempatan pertama tidak berani ku manfaatkan. Kesempatan pertama adalah ketika ku melakukan pengambilan foto terhadap seluruh mahasiswa fakultas pertanian yang digunakan untuk data diri pada sistem informasi yang baru diterapkan di tingkat universitas. Kejadianya begitu singkat ketika itu, dan ku sedikit nyesal ketika itu kenapa tidak coba membuka komunikasi. Tapi alhamdulillah... Allah beri kesempatan kedua ini.
Beberapa bulan kemudian....
Dia begitu tertutup, susah untuk didekati, dari jauh aja sudah tundukkan pandangan, sehingga ketika berpas-pasan ku gak bisa menyapa dirinya. Sepertinya dia sama sekali tidak memberi kesempatan kepadaku untuk berbicara dengannya. Kemudian terpikir olehku untuk menjadikan salah satu dosen yang dekat dengannya dan satu firqoh da’wah dengannya untuk mencomblangkan kami. Sebut saja namanya bu fitri, seorang akhwat yang nurutku cukup militan di kelompok da’wahnya. Ku coba hampiri dia diruang kerjanya yang ketika itu dia seorang diri diruang tersebut. Ku duduk tepat di hadapannya yang dibatasi meja kerjanya.
”saya punya hajat besar sama ibu” ujarku kepada bu fitri.
”apa itu” tanyanya.
” ini tentang menyempurnakan separuh agama” jawabku.
Mendengar ucapanku itu dia langsung bersikap serius dari sebelumnya.
Beberapa pertanyaan dia lontarkan kepadaku, mulai dari kenapa memilih dirinya sebagai mak comblang, apa motifasi menikah, sampai kepada pendapatku tentang gerakan da’wah tempat mereka berda’wah, partai tempat mereka berda’wah, dan sebagainya.. dan sebagainya..
Setelah sedikit panjang lebar bercerita, bu fitri berucap ”saya coba bantu, tunggu dalam waktu seminggu”. Bu fitri cukup support hubungan kami ini, dari raut wajah dan ucapannya dia sangat mendukung kami bersatu, dan itu membuatku sedikit lega. Soalnya ku tidak se wajihah / firqoh dengan mereka, dan ku tau buanget bahwa mereka sulit melepaskan akwat mereka kepada ikhwan diluar firqoh mereka.
Belum genap satu minggu, ternyata bu fitri sudah melaporkan hasil investigas, lobilisasi, dan comblanglisasi.
”cun, dia belom siap, dia masih ingin fokus menyelesaikan kuliahnya, udah di desak-desak pun gak mau, udah dikasi tau kalau alasan belum selesai kuliah itu tidak syar’i, dia tetap bilang gak bisa. Tapi tenang aja.., dia gak tau kok siapa yang ingin ta’aruf dengannya. Gimana kalau dengan yang lain??”,
bu fitri mencoba melaporkan hasil usahanya.
Secara keseluruhan, ucapan bu fitri tersebut membuat ku kecewa, tapi yang paling mengecewakan itu bukanlah penolakannya, tetapi kenapa bu fitri menyembunyikan dataku, sehingga akhwat yang ingin ku dekati itu tidak tau siapa yang menginginkannya. Mungkin maksud bu fitri menyembunyikan dataku karena menganggap ku lebih senang dan tidak menjadi malu jika hajatku ini ditolak, padahal, ditolak atau tidak itu adalah resiko yang harus diambil oleh tiap laki-laki, dan ku sudah siap dengan resiko itu. Ketidaktahuan dirinya akan siapa yang ingin mendekatinya menyebabkan rasa penasaranku semakin besar. Dalam hatiku berkata ”dia tolak gak ya jika tau siapa yang ingin melamarnya??”.
Pikiranku kemudian berputar-putar mencoba mencari peluang, melihat celah, mengintip kesempatan sekiranya ada alternatif lain untuk mendekatinya.
Sebenarnya, diriku ini lebih suka ”berkata langsung” dalam perkara-perkara seperti ini. Tapi karena sulitnya untuk membuka komunikasi, tidak adanya jalan untuk mengutarakan secara ”exclusive live”, maka terpaksa ku gunakan ”jalan aman” untuk kasus ini. Dan lagi sepanjang pengetahuanku, seorang akhwat dari gerkan da’wah tersebut lebih patuh jika yang merekomendasikan itu adalah akhwat senior atau murobbi alias pembimbing rohaninya.
Suatu hari ........
Teman SMA ku online dengan YahooMassenggernya, yakni si uli ( yang telah ku ceritakan diawal), yang merupakan sepupu bagi akwat incaranku , yang saat itu lagi kuliah ambil S2 di pulau jawa. Hubunganku dengan uli adalah hubungan akrab dan tidak akrab. Akrab karena 3 tahun sekelas bersama, dan tidak akrab karena kami tidak satu genk di kelas. Yah.. saat saat SMA adalah saat lagi bandel2nya, banyak hal yang menjadi bahan ejekan , termasuk antara diriku dan sepupu akhwat incaranku itu.
Diriku sempat berpikir lama, apakah nantinya uli mau menjadi mak comblang antara diriku dengan sepupunya itu? Jangan-jangan dia gak setuju menjodohkan aku dengan sepupunya karena teringat betapa membuat kesalnya diriku saat SMA tempoe doeloe. Namun mengingat hanya dialah satu-satunya alternatif yang bagus saat ini, akhirnya ku utarakan hajatku kepadanya dengan resiko apapun. . Dengan tidak begitu lama berbasa-basi via chatting, akhirnya ku dapat celah untuk masuk ke pembahasaan ini, yakni ketika dia bertanya :
”gimana?? udah dapat blom cun?”. (maksud pertanyaannya adalah udah dapat jodoh atau blom).
”ini dia li, ku punya hajat dengan sepupu-mu” jawabku dengan serius.
"sepupuku?? yang mana??", tanyanya balik.
setelah panjang lebar ku kasi tau ciri-cirinya ........ akhirnya...
”sepupuku yang di faperta??? Si ica ya..? enak aja loe mau ngambil sepupuku”, itu merupakan reaksi pertamanya setelah dia yakin akan siapa yang ku incar.
Setelah panjang lebar chatting, walhasil...
”kamu serius cun..??” tanyanya lagi.
”iya” jawabanku
”WAllahi??” tanyanya untuk meyakinkan dirinya sendiri.
”yah.. gimana ya mo meyakinkan dirimu.., :-? ”
”Okelah.. ku usahakan deh..., tunggu aja info berikutnya” ujarnya.
”oche bos... pokoknya klo berhasil ku traktir dirimu...” kuakhir pembicaraan pentingku dengannya.
sekitar 3 minggu kemudian...
Entah bagaimana si uli ini melobinya, yang jelas sekitar 3 minggu berikutnya ku terima
Sebuah SMS masuk ke nomor HP ku.
”1 new Messages received” tulisan di layar HPku.
”hmmmm, kayaknya kamu harus siap-siap
memberi mak comblangmu ini hadiah.
== from ulie ==”
begitulah isi dari SMS yang memang benar-benar singkat.
Ku sambar SMS itu dengan langsung menelpon balik.
”manalah dia mau mengatakan mau atau tidak, malulah dia, tapi tenang aja.., pokoknya prediksiku 80% jadi dah..., tapi si icanya pengen dilanjutkan lewat MR-nya cun, yakni bu fitri itu” komentarnya dari ujung telepon.
Ada angin segar ku dapat di ujung telepon itu. Angka 80% itu cukup menyejukkan, walaupun masih dalam tahap prediksi. Sebagai sesama orang eksakta, kami memang suka menilai sesuatu itu dengan angka atau persentase, walaupun yang dinilai itu sifatnya qualitatif, tetap saja kami beri penilaian yang kuantitatif. Misalnya nih, waktu SMA dahulu, untuk menilai seorang wanita itu cantik atau tidak, kami cukup menyatakan dengan renk angka 50-100. klo misalnya pontennya Cuma 60, berarti tu wanita biasa-biasa saja. Tapi klo udah nilainya diberi 85, maka udah cukup menarik.
Suatu hari setelah sekitar 2 hari dari hari ku mendapat telp tersebut.
”hmmm.. gak nyerah juga ya...” bu fitri meledekku sambil tersenyum senang. Ku Cuma balas senyum aja.
”jadi gini.., kayaknya si ica udah siap untuk ta’aruf, jadi sebelumnya harus disiapkan dahululah biodatamu” tambahnya.
”biodata apa lagi..??” tanyaku
”ya biodatamu, seprti biasa.., trus jgn lupa dilampirkan foto seluruh badan didalamnya” ucapnya.
”kan udah sama-sama kenal, kenapa harus pakai ajukan proposal kayak gitu lagi..??” elakku.
”ya bisa aja sih kayak gitu, tapi kita usahakan ikut sistemlah” jelasnya.
”gini ajalah bu, saya udah buat profil saya di intenet, dan akan saya kasi tau linknya kedia dan ke ibu juga untuk bisa dibuka.” penjelasanku terakhirku hari itu.
Tidak lama berselang, melalui komputer tempat kerjaku yang terhubung internet itu, ku kirimkan alamat link profilku ke email akhwat incaranku itu dan juga ke alamat email bu fitri. Profil itu ku letakkan di web gratisan milik geocities.com. Ujung dari profilku tersebut ku ceritakan tentang kedekatanku terhadap beberapa gerakan da’wah yang ada, dan kemudian ku buat statmen akhir berbunyi :
Ku hanya menjual diri kepada ALLAH dan RosulNya, jadi tiap kebenaran akan ku bela walau dimanapun, dan yang menurutku salah tetapku katakan salah.
Hari berikutnya... Perubahan Besar Terjadi...
Sengaja ku tandai dengan hit counter di page website tempat ku menyimpan file html yang berisi profilku itu, sehingga ku bisa mengetahui bahwa file tersebut sudah di buka / hit berapa kali. Dan ku lihat sudah ada 2 orang yang membuka profil tersebut, ini berarti bu fitri dan ica udah membuka dan membacanya.
Ku datangi kembali bu fitri di meja kerjanya. Raut mukanya tidak secerah kemaren lagi melihat kedatanganku.
”hmmm...gimana ya...” ucapnya terhenti sejenak mencari kata yang tepat untuk melanjutkan ucapan.
”lagi dipertimbangkan” dia meneruskan ucapannya.
Ku tinggalkan tempat dudukku menuju keluar ruangan sedetik bahkan setengah detik setelah ucapannya itu.
”eh.. tunggu dulu...” dia mencoba menahanku. ku hanya mengangkat tangan saja sebagai reaksi bahwa ku tidak butuh apa-apa penjelasan lagi.
Ku memang udah tau dengan resiko ini. Karena ku kenal kali sistem yang mereka bentuk terhadap gerakan da’wah mereka. Banyak kasus sudah terjadi seperti ini.
Tak lama kemudian dihari yang sama, ku memperoleh SMS dari uli yang isinya :
”cun, ku gak ada kapasitas lagi untuk menjelaskan kepada ica bahwa masih ada agama diluar tarbiyah. MR nya bilang kamu gak tsiqoh cun, gini aja, kamu katakan saja kepada ica bagaimana cara beragamamu. Ku 3 tahun di tarbiyah, ku kenal dekat gimana mereka. ”. ku tersenyum hambar membacanya.
Sejak saat itu komunikasi antara diriku dan MR nya tentang masalah ini sudah tidak terjalin lagi. Tiap kali jumpa, bu fitri tidak pernah menyinggung masalah ini, seolah olah tidak ada kejadian sama sekali. Dan ku yakin memang tidak ada yang bisa diharapkan dari seorang MR yang bernama fitri ini. Dan sejak saat itu ku mulai malas untuk berjuang dengan gigih tentang perkara ini, namun ku tetap meneruskannya dengan sisa senjata yang ada, yakni dengan sepucuk email yang ku layangkan kepadanya tepat tanggal 23 Juni 2007. Sebuah email yang cukup panjang tentang cara pandangku terhadap kelompok da’wah yang ada. Sebuah email yang dibuat dengan karekter serius dan siap untuk berdebat. namun diakhir email ku selipkan sindiran dan harapan :
Ku cuma berharap ica punya sedikit indepedensi dalam menentukan sikap.,
Apapun keputsanmu adalah yang terbaik untukmu...,
Doakan aku dalam tahajjudmu
Merekah merah ketika pagi,
mengantar datangnya hari
bersama harapan yang menyertai
best regard
== Icun bin Abdullah bin dun al-riau ==
Sebelas hari tanpa berita...
Sejak email tersebut ku layangkan, tidak ada sama sekali jawaban atau balasan darinya.
Ku bahkan sudah hampir memutuskan tidak memikirnya lagi. Namun suatu pagi tepatnya tanggal 4 Juli 2007, di inbox emailku terdapat sebuah email dari akhwat tersebut. Sebuah email yang panjang, namun sangat santai.., sebuah jawaban yang diluar prediksiku sebelumnya. Karena ku pikir ku akan mendapat jawaban email dengan karakter yang serius dan memancing berdebatan, ternyata emailnya sangat mencerahkan.
Berikut beberapa bagian penting isi email tersebut :
Tentang pertimbangan itu, Ica tidak mempermasalahkan sebetulnye selagi itu bukan menyangkut masalah akidah dan hal2 yang dianggap sangat prinsip dalam memilih calon pendamping, but udah dapat blom cerite dari k`Uli or k Fitri ? kalau blom, nantikalah ica ceritekan, ade waktunye nanti...
…….
I wish that Allah give the answer quiqly or slowly n itulah yang terbaik, apapun itu, pahit atau manis, (pahitnya makan sendiri ajalah ya) karena semua persoalan hidup ni tuk Allah uji kan? siapa yang paling taqwa bettul tidak?once again, betuul¦
PERJODOHAN ORANG TUA DI KAMPUNG HALAMAN.
setelah beberapa hari berikutnya ku baru mengerti tentang kalimat
” but udah dapat blom cerite dari k`Uli or k Fitri ? kalau blom, nantikalah ica ceritekan, ade waktunye nanti...”
suatu hari temanku ita (temanku ketika kuliah) mengatakan kepadaku bahwa dia dapat informasi dari Risma (operator warnet miliknya dan sekaligus teman kuliah ica) bahwa ica telah dijodohkan oleh orangtuanya di kampung dengan seseorang laki-laki anak teman akrab ayahnya. Yaitu dengan seorang yang sukses dan akan menempati sebuah jabatan di pemerintahan di kabupatennya.
Tidak hanya dari ita, selang sehari, sebuah SMS masuk ke HP ku yang mengaku dari teman ica namun tidak mau menyebutkan namanya yang mengatakan sambil meledekku :
”hmm... dengar2 ica dijodohkan, kata ica orangnya keren. Ku sudah kasihan saja melihat anda jadinya”
Tidak hanya itu, berikutnya ku dapat SMS dari Uli yang mengatakan
”cun, uli ketemu dengan ibunya ica, dia bilang ica mau dijodohkan dengan saudara jauh kami, tapi tenang aja, prediksi uli gak bakalan jadi. posisimu sekarang jadi sulit cun, lawanmu berat, calon pejabat.”
Berita-berita ini mendorongku untuk meminta konfirmasi dari yang bersangkutan, ku layangkan email ke ica tertanggal 15 Agustus 2007 :
.....
“eh... dengar dari ulie awaktu mo dikenalkan ortu same saudare jauh ye..?? :(
dengar dari ita(my friend) dia dapat dari risma(ur friends) katenye awaktu mo dijodohkan ye.. :( . boleh ceritekan tak siket ke icun.??
.....
Tidak lama berselang, tepatnya tanggal 20 Agustus 2007 emailku dibalas dengan logat melayu khasnya :
.......
“pasal jodoh2an ortu tu, kalau dirujuk ke kakak ica yang lewat, semuenye mengalami yang macam tu, dijodohkan same sedare dekat, tapi sejauh ini belom ade yang berhasil, tak taulah saye nanti ye?siape yang pandai ngambil hati ica,, n myparent itulah orang yang beruntung...agaknyelah...”
.......
Ucapanya ” siape yang pandai ngambil hati ica,, n myparent itulah orang yang beruntung...agaknyelah.” itu membuatku sedikit bersedih, tapi tetap masih ada harapan ketika dia membolehkan ku untuk komunikasi via SMS.
Hari berganti hari, minggu berganti minggu, komunikasi kami via SMS tetap berlangsung meskipun tak sering. Komunikasi yang tidak diketahui oleh MR beliau, bahkan teman akrab beliau sesama akhwat. Karena menurut pengakuan ica, di lingkungan para akhwat tidak ada yang mendukung hubungan ini. Namun demikian blom ada jawaban tegas darinya apakah memilih kepada pilihan orangtuanya atau kepadaku. Dia katakan bahwa hal ini sangat sulit baginya. Akhirnya kesabaranku menanti sudah mulai habis, ku kabari uli sepupunya itu, bahwa ku tidak mungkin menunggu lagi, ku minta kejelasan secepatnya.
Kemudian uli segera menghubungi ica, dan akhirnya terbitlah sebuah SMS di Hpku dari ica dengan nada yang serius :
”soal minta kejelasan itu, pada dasarnya kemungkinan itu ada, tapi orangtua ku menginginkan agar persoalan ini dibicarakan setelah ku benar2 tamat kuliah, jadi.., doakan aja agar cepat selesai skripsi ini ye :)”
SMS itu merupakan angin segar bagiku, walaupun hal ini belum tentu akhirnya seperti apa, karena pada prinsipnya perbincangan soal perjodohan dengan anak teman akrab ayahnya itu blom ada kata putusnya. Hal ini jugalah yang menyebabkan orangtua ica sulit menyetujui hubungan kami ini.
Keluargaku udah mendesakku untuk segera menikah, mulai dari orangtua, kakak,abang sampai ke ipar ipar pun menanyakanku ”yang mana orangnya??”. selama ini ku memang belum bercerita banyak tentang ini, karena benar-benar blom layak diceritakan. Bagaimana ku mo mengenalkan dengan keluarga, sementara masalah antara kami berdua blom clear. Wal hasil, dengan besarnya desakan dari keluarga, akhirnya ku mencari celah untuk menemukan calonku itu dengan keluarga. Pertama kali akan ku temukan dia dengan kakak pertama dan keduaku selaku senior di keluarga. Dengan sedikit berat hati, ica bersedia bertemu dengan kedua kakakku di kampus, kebetulan kedua kakakku yang berprofesi sebagai guru itu ada acara pelatihan di kampus kami. Pertemuan yang singkat dan padat itu menghasilakan angin segar bagiku. Kedua kakakku itu menyatakan setuju dengan pilihanku. Biasanya klo yang senior udah setuju, yang lain pun akan menghasilkan penilaian yang sama :D.
SAAT WISUDA
Februari 2008, Akhirnya hari wisuda bagi Sarjana Fakulktas pertanian yang ke 79 pun tiba. Momen ini penting bagiku, karena ku belom berkenalan dengan orangtua ica, dan momentum inilah saatnya untuk jumpa pertama kalinya. Sebagai panitia wisuda, sangat gampang bagiku untuk melacak yang mana satu camer alias colon mertua dari puluhan orangtua yang hadir ketika itu, yaitu cukup dengan melihat nomor kursi bagi para udangan.
Akhirnya setelah lama kursi undangan milik camer itu kosong, kini telah diduduki dengan sepasang suami istri yang sudah lumayan berusia. Ku hampiri mereka berdua, ku salami mereka sambil berkata :
”saya icun, temannya ica..”.
Tidak banyak yang dapat kami bicarakan saat itu, karena kesibukan saat itu memang tidak memugkinkan untuk berbual panjang. Yang jelas, setelah sore harinya, ketika ku tanyakan tentang komentar orangtuanya terhadap diriku, orangtuanya cuma berkomentar klo muka ku mirip temannya anggota dewan dari fraksi PKS di kabupaten Bengkalis. (mungkin orangtuanya terkesan melihat janggut manisku yang tipis ini.. he..he..)
MERISIK / LAMARAN AWAL
Dalam adat melayu, sebelum proses lamaran resmi, didahului dengan merisik, yakni perwakilan keluarga datang berkunjung ke rumah orangtua wanita untuk menanyakan apakah sang gadis sudah dalam ikatan dengan seseorang atau masih bebas. Jika masih bebas tanpa ikatan maka baru diajukan keinginan akan melamar dalam waktu tidak lama. Proses merisik ini berlangsung dengan hangat. Keluarga kami yang datang adalah abang iparku dengan teman-temannya yang secara kebetulan lagi ada acara beberapa hari di pulau bengkalis.
MEMBERITAHUKAN KEPADA BU FITRI
Selama ini, hubungan kami tidak diketahui sama sekali oleh bu fitri selaku MR dan teman-teman akhwatnya yang lain. Sebenarnya kami telah sepakat bahwa kami akan beritahukan kepada bu fitri ketika masalah ini telah berada atau sampai kepada kedua keluarga. Namun demikian, bu fitri dan teman akhwatya yang lain sudah mulai tercium jauh hari lagi. Ini terbukti bu Fitri sering mencoba bertanya tentang kelanjutan hubungan kami kepada bimbingannya itu. Dan sesuai kesepakatan, setelah proses merisik ini selesai, ica telah menjelaskan tentang status hubungan kami saat ini.
”kalian pernah ngobrol berdua (ta’aruf)?” tanyanya kepada ica.
”blom” jawab ica.
Bu fitri kemudian menginginkan kami melakukan proses ta’aruf dengan mediatornya beliau sendiri. Wal hasil ica SMS kepadaku agar ku bersedia untuk proses ta’aruf ini.
”ta’arufnya pas waktu ortumu disini aja, itu lebih syar’i kupikir” jawabku.
Sejujurnya ku sangat malas dan kesal mendengar berita ini. Dalam hatiku berkata-kata :
”kenapa baru sekarang bu fitri??, kemaren2 kemana aja??, semua sudah ditangan kedua belah keluarga, sudah tidak perlu lagi orang ketiga yang hadir. Aksimu ini namanya pahlawan yag kesiangan” begitulah isi hatiku saat itu.
PERNIKAHAN/WALIMAHAN
Kemudian ALLAH telah takdirkan bagi kami melangsungkan ijab qabul pada malam hari ba’da isya tanggal 22 Zulhijjaz 1429 Hijriyah (21 Desember 2008) dan walimahanya pada keesokan harinya yakni tangglal 23 Zulhijjah 1429 H (22 Desember 2008) yang bertempat di pulau bengkalis riau.
THE END
--------------------------------------------------------------------------------------------
Mengenang 1 tahun pernikahan kami
Yang berbahagia
== icun dan ica ==
Nb : kini kami telah memiliki seorang anak laki-laki bernama Muhammad Faqih Afifi.
Monday, 21 December 2009
Kalau Jodoh Takkan Kemana
Labels:
Kisah
****
****
****
****
4 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Bang Icun, kyknya pengalaman ini pernah abang tuangkan di fordis hidayatullah ya? yg ttg murobbinya sebagai pahlawan kesiangan :)
ReplyDeleteAam : yups.., pernah sekilas diceritakan ketika user kopisusu membuat thread tentang kerahiban ( lupa judul thread aslinya) :)
ReplyDelete== icun bin abdullah ==
hehe....
ReplyDeletehahhahahha
ReplyDeleteperjuamgam yang mengharukan,,,, jadi inspirasi nie bg...... thank,,,