Tuesday, 28 July 2009

Membentuk generasi islam tanpa tutup kepala

Membentuk generasi islam tanpa tutup kepala.
Pekanbaru, 28 Juli 2009 di tempat kerja ku menulis.

Sebenarnya sudah sangat lama, bahkan terlalu sangat lama ku ingin menulis hal ini, tapi sayangnya belum ada pemicu yang betul-betul membuatku tergerak untuk menulisnya. Entah mungkin karena ini merupakan masalah (yang dianggap ) sepele, atau karena takut terjebak kepada perdebatan bagi yang merasa tersinggungkan. Tapi 2 malam yang lalu, ketika ada ceramah berkenaan masalah sholat di mushollahku, menjadi pemicu bagi diriku untuk menulis kembali hal yang pernah terpikir olehku beberapa lama yang lalu.
Salah satu ucapan ustad tersebut yang menjadi pemicu diriku adalah ucapannya yang berbunyi “makruh sholat tanpa tutup kepala”.

Sejak berapa lama antum terpikir hal ini cun..??
Jawab : Sejak kuliah. Sejak masuk kuliah ku perhatikan adanya kelompok mahasiswa yang bergerak/berjuang dibidang agama di kampusku mempunyai cirri khas sholat tanpa tutup kepala. Gayanya keren, baju kemeja dengan masuk dalam + celana kain, atau pakai baju koko + celana kain + tas jinjing yang sedikit besar. Kami terkadang menamakan mereka-mereka itu dengan ITB ( Ikatan Tas Besar).
Seorang mahasiswa baru, diawal-awal kuliah sholat ke mesjid menggunakan tutup kepala, lama kelamaan setelah menjadi “aktivis” mulai berubah, antara kemesjid, ngampus dengan ke pasar sama saja, alias tanpa tutup kepala.

Saya perhatikan.., ternyata memang hampir seluruh aktivitas mereka baik dibidang agama atau tidak, mereka menunjukkan identitas mereka dengan gaya berpakaian seperti itu. Mau sholat wajib, mau sholat jum'at, mau ceramah agama, mau mentoring, mau jumpa ulama, mau jumpa umara’, pakaian mereka tetap sama. Sepertinya “tanpa tutup kepala” menjadi ciri khas mereka terhadap orang islam lainnya.
Pernah suatu kali teman kuliahku membawakan sebuah plastik besar penuh dengan lobeh/peci/songkok (seperti kopiah haji)dan dibagi-bagikan di musholla kampus dengan harapan para aktifis tersebut menggunakannya, minimal ketika sholatlah.., baik itu di Musholla kampus, di mesjid dekat rumahnya atau di rumahnya sendiri. Wal hasil… ternyata tetap saja mereka enggan menggunakannya. Sepertinya ada semboyan di diri mereka bahwa no way for tutup kepala. Whats up guy..???

Sebenarnya, kalau kita ingin melihat lebih luas, setiap suku, golongan, agama, memiliki tanda/makhkota yang diletakkan dikepalanya. Tiap suku memiliki topi kebesarannya, orang melayu punya tanjak, orang batak punya ulos, orang minang punya deta, orang jawa punya blangkon, bahkan suku di irian jaya sana yang hanya menggunakan koteka pun meletakkan sebuah bulu burung dan di ikat dikepalanya. Biksu di kuil shoilin pun memberikan 6 titik hitam di kepalanya yang dibotak. Orang yahudi menggunakan kippah atau yarmulke, Nah .. kita umat islam, juga punya makhkota yang senantiasa menjadi symbol keislaman yang diletakkan di kepala, bahkan makhkota itu disunnahkan untuk dililit dengan sorban (imamah).

Bahkan (yang pernahku dengar) sangking pentingnya simbol yang satu ini, ulama2 hadist menganggap cacat bagi perawi yang berjalan/keluar rumah tanpa menggunakan tutup kepala. Lantas kenapa mereka bersikukuh untuk tidak menggunakan tutup kepala..?? bahkan ketika sholat sekalipun..??? jawabannya.. entahlah.. mungkin sebuah identitas kelompok. Padahal sudah sangat mahsyur bagi kita semua akan makruhnya sholat tanpa tutup kepala, baik dikalangan ulama-ulama terdahulu hingga ulama-ulama mutakhirin.

“Jika salah seorang dari kalian mengerjakan
shalat, maka hendaklah dia memakai dua potong bajunya. Karena sesungguhnya
Allah paling berhak untuk dihadapi dengan berhias diri" (HR. At-Thabrani dan Al-Baihaqi di dalam Al-Sunnan Al-Kubraa (II/236) dengan derajat
sanad yang hasan)


Ada yang ingin mempostingkan pendapat para imam mujtahind dan ulama disini..?? silahkan…

== icun bin abdullah ==

Comments
20 Comments

20 comments:

  1. ITB ( Ikatan Tas Besar)<- Hua hua ua
    Assalaamu alaikum. apa kabar.? akhirnya setelah sekian lama ternyata muncul juga postingnya.
    BTW..Boleh Nambahin ga..?

    Kalo kita cermati berbagai Riwayat. tentang kehidupan Nabi Shallahu Alaihi wa sallam.
    maka akan di temukan sebuah kesimpulan bawan Nabi kita jarang sekali melepaskan tutup kepalanya. Nah... sekarang ini kaum Muslimin ( yang nota bene nya aktivis Dakwah )yang mengaku cinta terhadap Nabi, yang mengakui kelurusan akhlaq Nabi, Yang mengakui bahwa cara hidup Nabi Shallahu Alaihi wa sallam adalah sebaik-baik cara hidup coba perhatikan Ayat di bawah ini.

    Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Ali Imran: 31)

    ReplyDelete
  2. @abu inayat
    wa'alaikum salam. alhamdulillah baik mas, iya..udah lama gak posting ni.
    jazakallah khairan katsir atas tambahannya..,

    == icun bin abdullah ==

    ReplyDelete
  3. Assalaamu alaikum. wah sayang sekali akhi.. saya ga bisa ikut ijtima' kemarin. kabarnya memang rame kali.. waduh sampe nyesel ga bisa pergi...

    ReplyDelete
  4. Assalamualaikum Ustadz Icun....
    kok ust. icun tak memposting juga hadits ttg keutamaan imamah dalam sholat? keknya bukan hadits itu aja deh, ada yg lain bbrp, ane LUpa agaknya...

    ttd

    Aam

    ReplyDelete
  5. @Aam.
    wah.., sejak kapanlah diriku digelar ustad ni.. antum berlebihan neh Aam.., :).

    hasil selancarku kudapat beberapa dalil penguat:
    ----------------------------------------------------------
    1. "Hai anak Adam, pakailah perhiasan kalian di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al-A’raaf: 31).

    2. Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah bekata kepada maulanya, Nafi’, yang shalat dalam keadaan tidak menutup kepala (dengan peci dan semisalnya), “Tutuplah kepalamu! Apakah engkau biasa keluar ke hadapan manusia dalam keadaan membuka kepalamu?” Nafi’ menjawab, “Tidak pernah.” “Allah adalah Dzat yang lebih pantas untuk engkau berhias bila hendak menghadap-Nya”, kata Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma. (Syarh Ma’anil Atsar, 1/377)

    3. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pernah berkhutbah, sedang beliau memakai surban hitam". [HR. Muslim dalam Shohih-nya (1359)

    4. Al-Hasan Bashri -rah.a menceritakan kebiasaan sahabat nabi dalam memakai songkok dan imamah, katanya :
    "Dahulu kaum itu (para sahabat) bersujud pada surban, dan songkok (peci), sedang kedua tangannya pada lengan bajunya". [HR.Bukhori dalam Kitab Ash-Sholah: Bab As-Sujud ala Ats-Tsaub fi Syiddah Al-Harr (1/150) ]

    5. Abdullah bin Sa’id rah.a berkata,
    "Aku lihat pada Ali bin Al-Husain ada sebuah songkok putih buatan Mesir". [HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushonnaf (24855)]
    -----------------------------------------------------------------
    Sebenarnya, ada sebuah dalil yang umum yang sudah sangat mahsyur bagi kita :
    Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka” [Dikeluarkan oleh Ahmad dan yang lainnya]

    Jadi, kalau kita meniru niru rosulullullah dalam hal berpakaian, maka kita INSYAALLAH akan dimasukkan kedalam golongan yang mengikuti rosululullah.

    Hal yang aneh adalah, kita dengan santainya menggunakan dasi, kita bangga menggunakan jas, padahal itu semua berasal dari komunitas orang-orang bukan islam. Sementara kenapa kita sangat enggan menggunakan pakaian ala rosul, berat hati menggunakan songkok bahkan disaat sholat dan acara keagamaan lainnya??

    Saya masih maklum jika ada orang yang sholat tanpa tutup kepala dikarenakan memang dia dari kampus, atau dari pasar, atau dari tempat kerja. Karena memang tidak bisa dipungkiri bahwa menampakkan islam dengan amalan sunnah itu sangat berat diakhir zaman, bahkan seperti memegang bara api.

    Sesungguhnya dibelakang kalian ada hari-hari dimana orang yang sabar ketika itu seperti memegang bara api. Mereka yang mengamalkan Sunnah pada hari itu akan mendapatkan pahala lima puluh kali dari kalian yang mengamalkan amalan tersebut.” Para shahabat bertanya : “Mendapatkan pahala lima puluh kali dari kita atau dari mereka ?” Rosulullah menjawab : “Bahkan lima puluh kali pahala dari kalian.” [HR. Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu Hibban dan Hakim. Dishohihkan oleh Imam Hakim dan disepakati oleh Dzahabi]

    Tapi yang saya sangat prihatin itu adalah adanya sikap enggan menggunakan penutup kepala disetiap keadaan, bahkan disaat sholat dirumah, di mesjid dekat rumahnya, di pengajian2 yang mereka adakan, di saat sholat jum’at, dan lainnya, padahal mereka adalah aktifis da’wah.

    Sebagai penutup, ku kutip ucapan dua ulama terdahulu tentang sunnah :

    Berkata Syaikhul Islam ibn Taimiyah : “Tidak mengapa kita meninggalkan suatu perkara yang mustahab (tidak wajib), tetapi kita tetap tidak boleh meninggalkan keyakinan di-Sunnah-kannya amalan tsb. Karena mengenali Sunnah-nya amalan tsb merupakan fardhu kifayah agar tidak hilang sedikitpun dari agama ini.” [Majmu' Fatawa juz IV hal.436]

    Berkata Ibnul Qoyyim: “Kalau semua perkara yang mustahab ditinggalkan, maka akan hilanglah Sunnah-sunnah Rosulullah dan akan lenyap garis-garisnya serta sirna jejak-jejaknya.
    Akhirnya kau lihat sedikit sekali Sunnah yang dikerjakan, itupun dalam keadaan tidak sempurna” [ I'lamul Muwaqi'in, 2/395]

    == icun bin abdullah ==

    ReplyDelete
  6. Ass

    Habis cash di serpong, semangat nulis lagi..he..he..

    ReplyDelete
  7. mas icun sepertinya sudah ketularan teman-teman mas icun yang mas icun gelar salafy. mulai pakai fatwa seperti layaknya mereka. cuma kalau mereka dalil-dalilnya betul-betul mengena. pas gitu loo. tidak sekedar mencari dalih-dalih. jangan-jangan nanti mas icun juga akhirnya mengatakan "jika berdakwah tidak pakai songkok = bid'ah" nah loh.
    maaf mas icun. ana cuma mau ingatin
    jama'ah tablig kan tidak ada seperti mas icun gambarkan dalam perdebatan yang katanya sama salafi. digelar jama'ah tabligh itu karena mereka sering bertablig, begitu juga salafi. mereka digelar karena mereka terlalu ingin menjadi bagian dari salafussholeh. kalau mas icun jadi ngambek karena ada orang menghina jama'ah tabligh. itu karena mas icun meyakini bahwa jama'ah tabligh adalah firqah juga. karena adalah karkun-karkun yang meng-kurang ajar- kan salafi sebagaimana salafi mentahzir teman-teman yang sering khuruj banyak melakukan bid'ah.
    afwan ni baru kenal blognya mas icun lewat websitenya ustadz dzul.

    ReplyDelete
  8. @thariqunnur cahaya jalan.?? hehe :)
    salam kenal mas thariq. ustdz dzul?? yang mana tu?
    pertama ku ucapkan terima kasih telah berkunjung.
    kedua ku sangat berterima kasih karena telah sudi mengingatkanku.
    memang begitulah seharusnya seorang muslim, yakni saling ingat mengingatkan.

    "Dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan sangat bermanfaat bagi kaum yang beriman.” (QS. Adz Dzariyah:55)"
    ------------------------------
    1. sebenarnya apa yang saya tulis ini adalah dalam hal saling mengingatkan juga (sekaligus curhat=curahan hati). tanpa ada maksud merendahkan. andaikan tidak diterima juga gak apa2. kalau dalil-dalilnya juga dianggap tidak mengena juga gak apa2. tapi yang jelas, penutup kepala itu adalah sunnah dalam islam, kehilangan sunnah merupakan kehilangan kesempurnaan dalam agama. dan sangat mahsyur bagi kita bahwa orang-orang soleh terdahulu dan orang-orang soleh saat ini yang ber'itiba kepada generasi awal sangat memegang teguh sunnah yang satu ini.
    bahkan yang pernah saya dengar dari seorang ustad didalam kitab al-mughni disebutkan salah satu adab menghormati tamu adalah mengenakan penutup kepala.(kalau kitakan enggak, cukup pakai baju yang dianggap layak aja udah cukup).
    tapi sekali lagi.. semua terpulang kepada kepahaman yang ALLAH berikan.
    Innama ana muballig, waALLAhuyahdi (penggalan hadist) (aku hanya menyampaikan, Allahlah yang memberi hidayah).

    2. ku gak akan sampai mengatakan "jika berdakwah tidak pakai songkok = bid'ah". sebenarnya kalau dilihat dari konteks bi'dah itu adalah "menambah sesuatu yang baru", sementara apa yang ku sorot disini adalah sebaliknya yakni "mengurangi sesuatu yang sunnah dalam agama".

    3 kalau ada orang tabligh, atau jemaah da'wah lainnya (termasuk aktifis tanpa tutup kepala itu) yang meng-kurang ajar-kan salafi, maka ku cuma bisa katakan bahwa itu adalah sebuah "reaksi", bukan sebuah "aksi". bahasa lainnya "tak ada asap kalau tak ada api".
    soal jemaah tabligh adalah firqoh atau tidak, yang jelas usaha da'wah dan tabligh adalah usaha yang harus dibuat oleh tiap muslim. sebagai penutup ku tuliskan perkataan ulama awal dalam gerakan da'wah dan tabligh ini :
    syeikh 'ilyas rah.a berkata : "jika saya disuruh menamakan jemaah yang saya buat ini, akan saya namakan dengan 'jemaah pergerakan iman', tetapi kita tan boleh menambah nama dalam islam dengan nama apapun"

    syeikh Jamil berkata : "jangan mengatakan kita orang tabligh karena perkataan itu memecah belah umat islam"

    Maulana Saad katakan : "Tabligh bukanlah suatu jemaah tetapi tabligh adalah amal yang harus dibuat oleh seluruh umat islam"

    == icun bin abdullah al-maranti ==

    ReplyDelete
  9. assalamualaikum..

    memang aneh orang yang hidup di akhir zaman.

    ReplyDelete
  10. Itu baru tutup kepala.
    Terus kalau pemakaian jubah gimana, Mas icun?

    ReplyDelete
  11. @cahcilik.
    memakai jubah..?? itu Sunnah. itu aja dulu. :) :D.

    ReplyDelete
  12. Ada nggak perintah yg jelas tentang tutup kepala ini dari Rosul, seperti misalnya memelihara jenggot atau isbal. Sepengetahuan saya beluum pernah menemukan. seperti juga memperlakukan rambut kepala juga belum ada hadis yang jelas.

    ReplyDelete
  13. Mau nambah dikit Mas Icun......
    Satu-satunya (yg saya ketahui)perintah yang jelas tentang tutup kepala adalah saat berhaji (berihrom} yaitu DILARANG memakai tutup kepala, sedang untuk sholat belum ada yang tegas melarang atau memakai.....
    Saya sudah lama mencari dalil yang kuat tentang tutup kepala ini.
    Mohon pencerahannya ustadz Icun....

    ReplyDelete
  14. artikel membangun! bermanfaadh!
    barokallohu fiik ..

    ReplyDelete
  15. salam ziarah dari Malaysia,
    saya ada soalan untuk dibincangkan bersama..

    Salah 1 dpd sunnah 'surah' Nabi adalah memakai penutup kepala. Jika rasa takde kekuatan untuk memakai kopiah, gantikan dengan pemakaian topi bolehkah? Niat untuk ambil sunnah. Waktu pemakaian luar waktu solat..waktu solat pakai kopiah lah.. pernah dibincangkan? sesapa tau Fiqh Alawiyat untuk ini...?

    ReplyDelete
  16. anonim : tentang dalil berbentuk ucapan secara tegas tentang perintah menutup kepala memang sejauh ini ku tidak menemukannya, tapi hal ini sudah menjadi sesuatu yang tidak mungkin dibantah bahwa menutup kepala dengan cara sunnah telah diterapkan oleh nabi, sahabat-sahabat, tabi'in, dan tabi' tabi'in. Berkenaan dalil larangan memakai penutup kepala ketika ihram, saya tidak melihat hal tersebut sebagai sanggahan tentang sunnahnya menutup kepala diwaktu selain ihrom. seperti halnya larangan membunuh binatang ketika ihrom tidak bisa dijadikan dalil tentang hukum membunuh binatang diluar ihrom.

    student : terima kasih atas kunjungannya. Merasa aneh atau terasing atau berat untuk menggunakan penutup kepala ala islam justru menunjukkan sunnahnya hal tersebut. bukankah diakhir zaman orang2 yang mengamalkan sunnah terasa sangat berat? terasa asing?. artinya, menggunakan penutup kepala yang tidak bercirikan islam tidak bisa diniatkan dengan mengamalkan sunnah. bagaimana mungkin kita niat amal sunnah sementara yang kita gunakan adalah topi ala cowboy misalnya. demikian menurut pemikiranku.

    == icun bin abdullah al maranti ==

    ReplyDelete
  17. untuk yang masih malu-malu pakai kopiah ala Islam jangan khawatir. dari pengalaman saya sejak 9 tahun terakhir ini saya pakai kopiah, alhamdulillah, kalau tanpa sengaja tertinggal di helm (lagi pakai kopiah tipis), kawan yang lain pada ngingatin lho? PJ kok tumben gak pakai kopiah? Jadi mereka kawan-kawan kita walaupun tidak pakai, mereka ngedukung lho...(salam kenal utk syech icun, gimana terungnya dah panen?)

    ReplyDelete
  18. PJ : betul tu PJ, awalnya kita terasa berat untuk menjaga sunnah (takut kalau menimbulkan fitnah disebabkan amal kita belum sempurna dan masih sering tergelincir dengan perkara-perkara yang laghoh alias lalai), tapi lama kelamaan sunnah itu yang akan menjaga kita (misalnya mau ketawa terbahak-bahak, tapi gara2 pakai sunnah sehingga kita gak jadi melakukannya, cukup dengan ketawa biasa aja.)

    terung?? klo cabe udah panen. terung belum nanam. kenal sama diriku ya PJ..??


    == icun bin abdullah ==

    ReplyDelete
  19. Assalamu 'alaikum. Yang pakai tutup kepala itu tidak hanya Nabi saw. dan para sahabat. Abu Jahal, Abu Lahab dan orang-orang kafir juga pakai tutup kepala. Jadi tutup kepala bukan Sunnah Nabi saw., tapi kebiasaan orang-orang Arab. Lagi pula, tidak ada hadis yang memerintahkan (sunnah qauliyah) menutup kepala. Kebiasaan orang Arab itu akan diikuti dan dilakukan Nabi saw. kalau tidak bertentangan dengan syariat, karena Nabi juga makhluk budaya sebagaimana orang lain (qul innamaa ana basyarun yuuhaa ilayya). Dan kalau adat Arab dilakukan oleh Nabi saw, tidak mesti menjadi Sunnah.

    ReplyDelete
  20. Allah telah menetapkan sesuatu, maka lahirlah Nabi di Arab.
    Kita tidak bisa mengikuti Nabi berdasarkan karena adat istiadat dimana Nabi dilahirkan, Rusak cara berfikir rusaklah imannya.

    Adat istiadat silahkan tapi kerangka dasarnya ada. Sesuai yang dicontohkan Nabi

    Allah itu suka keindahan,
    Kambing berjenggot dan masih ada tanduk sebagai hias dikepalanya.
    Coba manusia berjenggot tetapi tak punya hiasan dikepalanya, walau sama sama berbulu. Mana yang bagus, bisa juga maksudnya mana yang jelek.

    Urang gila berjenggot tak berpeci mondar mandir di sepanjang jln sekolah pekanbaru. Muslim sejati berjenggot pakek peci atau penutup kepala.

    He…he…. Terlintas ide, jangan jangan jenggot orang gilanya dicukuri, atau dikasih peci. Lalu dia ngomong. Nah orang gila berjenggot sama dengan muslim sejatikan ?. Tentu jawabnya : Ya, yang gila berjenggot bertopi, apalagi anda.

    Astaqfirullahal’azim…….

    ReplyDelete