Pekanbaru, Senin, 18 Mei 2009
Hari Jum’at sore yang lalu saya bersama dengan teman-teman yang bergelut di usaha da’wah melakukan silaturahim selama tiga hari ke pinggiran kota pekanbaru. Desanya bernama Sungai Galuh. Jarak dari pinggir kota (dihitung dari pangkal jalan lintas Antar kota antar propinsi) ke desa tersebut berdasarkan catatan meteran sepeda motor yang ku naiki adalah 28 kilometer. Diantara 28 kilo meter tersebut, tercatat 5 kilometer masih merupakan jalan bebatuan/pengerasan. Setengah perjalanan tersebut, kami ditemani dengan indahnya beberapa desa yang terlalui, dan setengahnya lagi ditemani dengan indahnya pohon sawit pohon sawit yang tertata dengan rapi. Setelah melewati 5 kilometer jalan tanah, maka sampailah kami ke sebuah musholla tanpa nama. Mayorias penduduk disana adalah pekerja sawit yang berasal dari pulau jawa. Ku kurang tau kapan daerah tersebut dibuka, yang jelas, penduduk terlama yang mendiami pemukiman itu yang ku temui adalah sejak tahn 1988. menurut keterangan imam musholla, dahulu jalan akses ke darerah itu 100% tanah. ”butuh satu harian untuk sampai ke kota” terangnya. Padahal saat ini berdasarkan perhitungan pejalanan kami saat itu, waktu yang kami butuhkan hanya 40 menit untuk sampai ke desa tersebut.
Ada cerita menarik dari orang-orang yang kami temui selama kami ’itikaf disana. Mereka bercerita awal mereka berhijrah dan tantangan yang dihadapi.
Hijrah yang ku maksud disini bukan hijrah fisik, tapi hijrahnya mereka dari kehidupan mereka yang sebelumnya jauh dari ALLAH, jauh dari amal agama, menuju hidup dengan ketaatan kepada ALLAH berlandaskan sunnah.
Kisah 1. dari Agama Kristen ke Islam
Pak Abdullah ( nama setelah hijrah ), beliau adalah pendatang dari pulau nias sumatera utara. Semangat beragamanya sungguh luar biasa ku lihat. Umurnya jika dilihat dari wajahnya sekitar 47 tahunlah. Di bercerita diantara seluruh keluarganya, hanya dirinyalah yang memeluk agama islam.
Dengan logat khas orang nias dia berucap, ” saya kalau pulang kampung (pulau nias), paling lama Cuma 2 hari”. Ternyata keluarganya ( ayah, ibu & 4 saudaranya) disana sampai saat ini tidak bosan-bosan mempengaruhinya untuk kembali ke agamannya sebelumnya.
”kalau kau kembali ke kristen, kami siapkan rumah untukmu, dan kami sediakan motor (sepeda motor) untukmu”, itu merupakan ucapan janji ayahnya ketika dia menjengeuk orangtuanya di pulau nias.
”trus apa yang pak abdullah katakan??” tanyaku dengan tidak sabar. Dengan nada khas orang nias, dengan nada berat dan sedikit bergetar menahan emosi dia melanjutkan cerita pembicaraannya dengan sang ayah,
”saya bukan orang bodoh pak ( sambil menunjukkan jari telunjuk tepat kedadanya) , sekarang begini aja, kalo bapak, ibu, dan seluruhnya (saudara2nya) mau masuk islam, saya akan beri kalian masing2 satu rumah, satu motor, dan ku kasi makan kalian selama satu tahun penuh”.
”Subhanallah..,”, kalimat itu yang spontan terucap dari bibir manisku.. ( he..he.. jangan serius kali membaca tulisan ”bibir manis” nya ya... :P ). Bagaimana ku gak takjub, dengan melihat kehidupan pak abdullah secara lahiriah, mana mungkin dia sanggup memenuhi janjinya itu. Tapi itulah, kulihat dari dirinya sebuah tekad yang luar biasa, kekuatan iman yang tak tergoyahkan, kerisauan terhadap keluarga yang cukup dalam. Ucapanya itu, kalau ku bahasakan dengan gaya ku, makanya jadinya seperti ini,
”Ayah.., dahulu saya ini orang yang hina, dahulu saya ini orang yang tersesat, dan kemudian ALLAH beri diriku nikmat iman, nikmat yang akan membahagiakan tiap manusia dunia dan akhirat, dan sakarang ayah ingin mencabut niknat itu dariku. ketahuilah ayah, meskipun ayah janjikan kepadaku seluruh kemewahan dunia ini, maka itu semua tidak bisa menggantikan sebuah kalimat yang telah terhunjam jauh dalam hatiku. Bahkan wahai ayah, andaikan engkau mau mengucapkan kalimat iman ini, maka ku rela untuk menanggung seluruh bebanmu didunia ini, bahkan seluruh beban keluarga, walaupun ke terpaksa menderita untuk itu”.
Mudah2an ALLAH cucurkan hidayah kepada orangtua dan saudara-saudara pak abdullah, , dan moga diberi kekuatan kepada pak abdullah untuk terus berda’wah kepada keluarganya, amiiin.. ( mohon diaminkan bagi yang membaca tulisan ini )
Kisah 2. Dari dunia penuh gelap ke cahaya ALLAH.
Namanya pak Epi, ku kurang tau nama panjangnya, dia ini bukan orang tempatan, tapi dia salah satu teman kami yang ikut khuruj. Umurnya kalau dilhat dari kerutan mukanya hampir sebaya dengan pak abdullah dikisah pertama. Perwatakannya seram, tubuhnya tegap, tatonya di tiap bidang lebar di tubuhnya cukup mewakili betapa gelapnya kehidupannya terdahulu. Janggut lebat yang dipeliharanya dan baju gamis yang dikenakannya tetap gak bisa menutupi betapa berbedanya kehidupannya yang lalu. Sebenarnya dia enggan menceritakan detail kisahnya kepada kami, jadi dia menceritakan secara umum saja. Yah.. memang begitulah seharusnya diri kita..., cukup menceritakan sesuatu yang bisa menjadi pelajaran saja dari apa yang terjadi di masa lalu.
Pak epi ini entah berapa kali pindah dari daerah yang satu ke daerah lain, dari propinsi satu ke propinsi lain, alasannya berpindah tempat hanya satu, yaitu dirinya telah masuk kedalam DPO (Daftar Pencarian Orang) ketika itu. Alasan lain kenapa dia cepat dapat informasi sehingga tidak bisa ditangkap adalah salah satu pejabat kepolisian itu adalah kawannya. Sehingga dirinya duluan selangkah dari tim buser yang mengincarnya, dirinya duluan satu hari untuk kabur dari waktu yang telah ditetapkan untuk penangkapan.
Sampai akhirnya dia berdomisili di Pekanbaru, pulang pagi/subuh merupakan agenda rutin baginya, menyeret masuk suaminya yang tidur nyenyak dari teras rumah untuk dibawa masuk merupakan agenda rutin bagi istrinya.
Sampai kemudian dia akhirnya nyerah untuk dibawa ke pertemuan mingguan rutin di mesjid al-falah pekanbaru oleh tetangganya. Pertemuan rutin itu sering kami namakan ”malam markaz”, dipertemuan itu terdiri dari 2 agenda saja, pertama adalah bayan, yaitu ceramah tentang pentingnya iman dan amal sholeh, dan kemudian membacakan kisah2 rosul dan sahabat dalam memerjuangkan agama. Tetangganya ini cukup sering mendatanginya, baik sendiri atau pun dengan kawan-kawan lainnya. Bahkan pernah jemaah dakwah dari jordania pernah dibawa kerumahnya oleh para tetangganya yang bergelut di usaha dakwah.
”waktu pertama kali ke markaz, aku gak tau sama sekali apa yang dibicarakan waktu bayan (ceramah), entah apa-apa aja yang dibicarakan.”, katanya kepada kami. Tapi kemudian dia mau diajak untuk ishlah diri dengan mengikuti khuruj 3 hari, dan sejak itulah awal ALLAH beri dia kepahaman akan agama.
Tersebutlah salah satu orang yang umurnya lebih tua dari dirinya yang berdomisili di daerahnya. Orang tua ini adalah orang yang taat beragama, kalau sholat ke Mesjid, maka ini orang akan melewati rumah pak Epi tersebut. Dan Orang ini tiap kali ke mesjid untuk sholat subuh, cukup sering melihat pak Epi pulang pagi atau masih tergeletak di depan rumah sewaktu masa kelamnya dahulu, dan orang itu tak pernah sekali pun mendatanginya untuk mendakwahinya.
Wal hasil.., setelah pak Epi ini tobat dan mulai ke Mesjid, barulah orang ini menegurnya, dan tau apa yang dinasehati oleh si tua itu?? ”hati-hati sama aliran sesat”.
Astaghfirullah...., ini sekian kalinya berita yang sampai kepadaku tentang busuknya kelakuan orang-orang yang menisatkan dirinya sebagai pengikut resmi manhaj salafussholeh, yang paling getol berteriak ”kembalilah kepada manaj salaf”. Saya heran.., masih ada aja orang yang seperti ini...!!
”lama aku menatap orang tua itu”, ujarnya lagi.
Entah apa maksud perkataan pak Epi ini dengan kalimat ’lama aku menatap orang tua itu’. nurut analisaku Cuma ada 2 kemungkinan ;
1. dia menatap dengan perasaan sedih bercampur heran.
2. dia menatap dengan perasaan ingin ’menelan’ orang tua itu (ingin menhajarnya)
tapi Alhamdulillah.. seiring waktu pak Epi semakin mengenal agama, selama bergaul 3 hari tersebut ku lihat bacaan al-qurannya udah mulai bagus, emosinya udah bisa dekendalikannya, walaupun sesekali dia mengaku sering lupa kalau jenggotnya udah panjang jika ’naik darah’. Pernah dia naik sepeda motor dan disenggol oleh oplet dari belakang, langsung spontan dia turun dari kendaraannya dengan niat ingin langsung menhajar supir oplet itu, tapi untung dia cepat sadar, ”astaghfirullah..., kalau gak ingat jenggot ini, udah habis tu supir” ketusnya, kami Cuma bisa senyum aja mendengar ucapannya itu.
Kisah 3. Dari menganggap agama ini tidak begitu penting KEPADA kesungguhan dalam beragama.
Namanya pak sulaiman, sejak tahun 1991 atau 1992 berdomisili di daerah sungai galuh. Pak Sulis ini tidak mempunyai tread record yang ”ganas” dimasa sebelum hijrahnya. Hanya saja dia masih beragama sebagaimana orang awam, sholatnya masih di rumah, bacaan qur’annya gak benar. Singkatnya gak punya pikiran dan tidak risau terhadap agama. Hal ini juga didukung dengan lingkungan tempat tinggalnya yang masih jauh dari sentuhan agama.
Hal ini berlanjut sampai akhirnya sekitar 3 tahun yang lalu, mulainya usaha da’wah dirintis di kampung itu, jemaah mulai dihantar ke daerah tersebut dengan mujahadah. Dengan itu mulailah satu demi satu orang yang ada dikampung tersebut ikut mendapat hidayah akan pentingnya agama, pentingnya dakwah, pentingnya ilmu dan amal.
Wal hasil setahun yang lalu pak sulaiman ikut khuruj selama 40 hari di sekitaran pekanbaru.
Disuatu tempat di daerah putri tujuh pekanbaru, pak sulaiman bertemu dengan seorang penuntut ilmu sealiran dengan orang tua yang berkata ”hati-hati aliran sesat” kepada pak Epi dikisah kedua. Mulailah terjadi dialog antara pak epi dengan orang yang salahfikir itu. Sebagaimana biasa, pak Salahfikir itu menasehati tentang pentingnya ’ilmu, trus berdakwah harus berilmu dahulu, dengan artian sebenarnya bahwa pak salahfikir menganggap pak sulaiman itu orang bodoh yang mau-maunya ishlah bersama sebuah usaha dakwah.
Pak sulaiman kemudian curhat kepada pak Salahfikir itu, ” Pak, kampung kami itu jauh dari kota, kiri kanan gak ada orang, sawit aja yang banyak, mana ada ustad2 yang datang kesana untuk berdakwah, paling ada pas perayaan maulid nabi atau momentum hari besar islam aja ada ustad yang di undang ceramah ke kampung kami”.
------- [sedikit informasi ]
Sebenarnya, berdasarkan pantauan kami selama 3 hari disana, setelah sharing dengan masyarakat yang kami jumpai, kampung tersebut cukup berbahaya, karena 2 tahun belakang ini adanya pendakwah yang mengadakan kajian ’tadabbur al-qur’an’. Dari hasil wawancara dengan pak abdullah (kisah 1 ), pak sulaiman, pak jumhari, pak anim, ternyata ’tadabur al-qur’an’ itu hanya menggunakan terjemahan al-quran saja, tanpa menggunakan kitab tafsir rujukan (seperti ibnu katsir, dll), tanpa melibatkan hadist. Sang ustad hanya menafsirkan sesuai pahamnya saja. Trus bagi anggotanya di wajibkan membayar zakat perbulannya yang diserahkan kepada gurunya itu yang kemudian disalurkan kepada guru dari gurunya. Senjata mereka untuk orang yang menentang ucapan mereka adalah ”ini alquran yang bilang, kamu telah menantang alqur’an kalau begitu”. Sebenarnya kami sempat melihat ketika mereka melakukan pengajian sewaktu sampai ke mushollah tersebut, tapi sangkaan saya itu hanya liqo’ yang dilakukan oleh gerakan dakwah ikhwanul muslimin. Karena modelnya persis sama, tidak pakai penutup kepala, duduknya melingkar, menggunakan papan tulis kecil, bawa qur.an, ada makanan dan minuman, dsb.
Saya gak tau ini dari kelompok mana, apakah kelompok tadabbur qur’an ini adalah kelompok yang sama yang ku ketahui sewaktu kuliah. Ku pernah ikut juga 2 x pengajian mereka, tapi karena diharuskan ’tutup mata’ dan membayar infaq kalau ingin meneruskannya, selaku anak kost yang makan nasi nya aja hanya 2 kali sehari, ku tidak menyanggupi syarat tersebut.
Karena merasa ada lawan dan terusik, maka kelompok ngaji tafsir ini mencoba menghasut masyarakat kalau usaha dakwah yang dilakukan oleh pak sulaiman, pak abdullah, dkk itu adalah aliran sesat, sehingga masyarakat pun ada yang mulai termakan hasutan.
-----
Kembali ke kisah pak sulaiman dan pak salahfikir.
”Dahulu menyebut ’a (huruf ’ain dengan baris fattah) saja saya tidak bisa pak, tapi alhamdulillah sekarang udah bisa”, lanjut pak Sulaiman kepada pak Salahfikir.
Setelah mendengar panjang lebar curhatan pak sulaiman tentang butuhnya da’wah masuk ke kampungnya tersebut, maka pak salahfikir memberi solusi,
”bapak punya HP.?? Ada radionya??”, kata pak salahfikir
”ada” kata pak sulaiman.
Kemudian, setelah pak sulaiman memberikan no Hpnya, pak salahfikir meng SMS pak sulaiman beberapa SMS yang salah satunya adalah frekuesi radio rujukan untuk menuntut ilmu, yaitu 103.4 FM, jelas sekali ini adalah radio hidayah.
”bapak dengarkan aja radio ini”. Kata pak salahfikir itu.
Astaghfirullah.... saya tak paham dengan orang2 seperti ini. Mata hatinya benar-benar telah mati, akalnya terhijab dengan setumpuk buku dan fatwa-fatwa yang berisikan persoalan sesat menyesatkan kelompok da’wah diluar mereka. Mereka sangat menutup mata dengan kebaikan yang ada diluar kelompok dakwah mereka. Mereka lebih senang melihat orang-orang dalam kemaksiatan dari pada taat beragama gara-gara hasil usaha gerakan da’wah diluar pengajian mereka. Seluruh amal baik dan hasil pertobat orang-orang jahil dan bejat tertolak gara-gara hidayah didapat diluar pengajian mereka. Mereka tidak bisa terima hal seperti ini, karena mereka menganggap semua usaha tersebut didasarkan dengan perkara-perkara bid’ah. ”Barang siapa membuat sesuatu yang baru dalam perkara kami ini, sesuatu yang bukan darinya, maka dia tertolak (H.R Bukhari)”, begitulah mereka mendasarkan kesalahfikiran mereka. Bahkan yang lebih ajib lagi, bukan hanya mereka menggap bahwa pertobatan orang-orang ahli maksiat tertolak, tapi akan menyebabkan masuk neraka berdasarkan hadist ” Semua bid’ah sesat, dan setiap yang sesat akan masuk neraka” (shahih bukhari: II/374). Saya Cuma bisa katakan kepada genk ini, ”Apa yang anda ucapkan itu Haq, tapi untuk sesuatu yang batil”. Ada baiknya anda rujuk kembali kepada ulama2 terdahulu dalam memahami makna bid’ah.
Sebagai penutup, ku ingin memberi nasehat kepada ini kelompok :
Kalau anda beranggapan bahwa andalah satu-satunya kelompok yang selamat, maka tolong,,,.., sebarkanlah agama hingga ke pelosok-pelosok. Kalau anda menganggap kalianlah yang berilmu dengan ilmu yang shohih, tolong.., pergilah ke sungai galuh untuk memfilter gerakan ’tadabur quran’. Saat ini saya hanya melihat bahwa hanya usaha da’wah pak sulaiman dkk saja yang berjuang keras di sungai galuh itu.
Amalan islam sudah sangat jauh dari kehidupan umat islam, kita butuh saling membantu, nasehat menasehati. Khabar dari jemaah-jemaah yang bergerak keseluruh pelosok negeri membuktikan bahwa islam telah jauh dari kehidupan umatnya, dakwah hampir tidak sampai kepada mereka, ada mesjid yang tetap tutup meskipun hari jum’at, ada yang ayam bertelor di mimbar khutbah mesjid (menunjukkan mesjid sudah tidak berfungsi lagi), ada anak kecil yang memutar kaset azannya muamaar ketika masuk waktu sholat, ada yang menjumpai misionaris kristen yang berdiam diri di perkampungan pedalaman dengan membawa misi kristen, ada orang tua yang tidak bisa baca wur’an, ada yang tidak pernah sholat sama sekali, ada yang tidak tahu mandi junub padahal anaknya udah besar-besar. Setumpuk masalah umat saat ini tidak bisa hanya diharap dengan memutar radio, tidak cukup dengan duduk2 saja di pengajian mingguan, kita butuh kerja sama. Nasehat menasehatilah dengan kebenaran, jangan sibuk cari aib saudara sendiri.
Ini saja dahulu.. sudah lima halaman rupanya..
Fa’tabiru ya ulil abshoor..
== icun bin abdullah ==
Monday, 18 May 2009
Tantangan Di Awal Hijrah (True Story)
Labels:
Kisah
6 Comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Subhanallah
ReplyDeleteKisah Pertama : Amin.. Amin... Amin...! dan juga untuk kita semua.
Kisah Kedua : Memang keterlaluan tu tetangga ngaca donk.Apa dia tidak pernah ngaca dengan amalan yang dia buat selama ini cuma lewat di depan rumah pak epi ga pake singgah lagi tuh walau pun cuman sekedar nyalamin. Ngaca donk son. Upss.. sorry.. saking emosinya sama tu tetangganya pak epi.
Kisah Ketiga : Betul sekali akhi...ingin rasanya ana jitak pala nya tu orang he he he sampe emosi.... kikikiki,...... sorry.. afwan...
Ijin komentar akhi
ReplyDeleteKata orang Cina, Lebih baik di lempar batu oleh musuh dari pada dilempar bunga oleh kawan.
Tantangan dakwah dari saudara seaqidah walau hanya ucapan memang lebih menyakitkan dari pada dari tantangan pedang dari orang kuffar.
Kenapa ada sesama aqidah bisa menjatuhkan ?
Sekedar opini, Silahkan mampir ke blog abitamim.
Opini diblog saya itu saya tujukan untuk mas/pak Salah Fikir, mudah2an dia mampir setelah baca tulisan di blog antum, he...he...
ReplyDeleteSubhanallah. Mudah2an Allah ta'ala istiqomahkan kita semua dan pilih seluruh ummat akhir zaman dalam usaha da'wah nubuwwah. Amiin.
ReplyDeleteAssalamu 'alaikum, problem umat ini sangatlah kompleks, dibutuhkan ta'awun,tanashuh saling menasehati dalam kebaikan ini(dakwah), menyebarkan risalah Allah 'Azza wa Jalla. salam kenal untuk semua
ReplyDelete@cahaya islam / abu umar
ReplyDeletewa'alaikum salam ya akhi.. senang kenal dengan anda.
moga ALLAH pahamkan kita semua terhadap agama ini, dan menjadikan kita orang2 yang beruntung dunia dan akhirat.. amiiin..
== icun bin abdullah ==