Wednesday 21 July 2010

Belajar Menghidupkan Agama, Bukan Mengajarkan Agama

Pekanbaru, 21 Juli 2010 ( 8 Sya’ban 1431H )

Kami Belajar Menghidupkan Agama, Bukan Mengajarkan Agama.

Tadi sore ku kedatangan tamu dari Arab Saudi, namanya Abu Muhammad, ia dan jemaahnya sedang bergerak di wilayah Indonesia lebih kurang 40 hari. Beberapa hal hasil muzakaroh dengannya yang bagiku cukup menarik untuk kuangkat menjadi sebuah tulisan. Mengingat sudah cukup lama juga ku absen menulis, kedatangannya cukup menjadi motifasiku untuk menulis kembali. Sebenarnya sudah banyak juga ide tulisan dalam selang waktu kevakuman ini, namun semuanya terlewatkan dan hilang begitu saja. Yah.. ini memang salahku, dunia terlalu menyibukkanku. Memang benar kata masyeikh “klo anda tidak sibukkan diri anda dengan perkara agama, niscaya anda akan disibukkan dengan perkara dunia”.

Berikut beberapa pesan yang disampaikannya, yang ku sampaikan dengan gaya tulisanku dan dengan tambahan kiri dan kanan, samping dan belakang :) :

Kami datang berkunjung ke Indonesia ini bukannya hendak mengajarkan agama, tapi kami berziarah/berkunjung kemari dalam rangka hendak menghidupkan kembali agama ini. Kalau perkara mengajarkan agama ini, tidak ada bedanya antara orang-orang di arab atau di indonesia atau dibumi manapun, semuanya mengajarkan perkara yang sama, ustad di jazirah arab dan di Indonesia mengajarkan hal yang sama terhadap agama ini, sehingga tidak dirasa begitu perlu kami jauh-jauh datang kemari kalau hanya sekedar mengajarkan.

Agama ini berkembang karena adanya orang-orang yang menghidupkan amal agama, berkembangnya islam di jazirah arab disebabkan sahabat-sahabat nabi buat usaha menghidupkan agama. Tiap diri sahabat merupakan wujud dari apa yang dikehendaki agama, dengan kata lain kehidupan agama wujud dalam diri-diri sahabat.

Agama ini pada hakikatnya tidak butuh dengan kita, tapi kitalah yang butuh agama ini. Karena Allah telah sandarkan kemulian kepada Agama, apa dan siapapun yang menyandarkan hidupnya kepada agama, maka akan mulia. Manusia ini dimuliakan karena agamanya, semakin sungguh sungguh ia dengan agama, maka semakin mulialah manusia tersebut. Agama ini akan terus hidup dan maju, karena Allah akan menjaga agama ini. Permasalahannya adalah apakah kita mau terlibat didalamnya atau tidak. Jika kita terlibat didalamnya maka kitalah yang akan dimuliakan, jika kita tidak terlibat didalamnya maka tidak ada ruginya bagi agama ini.

Allah menghendaki kita untuk menjadikan agama ini sebagai maksud hidup. Allah menghendaki kita untuk sibuk dengan perkara agama. Dunia ini sifatnya sebagai keperluan saja. Kata Allah didalam surah al-qashas ayat 77 :

........وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (keba- hagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni'matan) duniawi”

Al-Imam Ibnu Katsir rahimahullahu berkata: “Pergunakanlah apa yang Allah telah karuniakan kepadamu dari harta yang banyak dan nikmat yang tak terhingga itu, untuk ketaatan kepada Rabbmu dan untuk mendekatkan diri kepada-Nya dengan beragam amal shalih, yang diharapkan dengannya mendapatkan pahala baik di dunia dan di akhirat. (Janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi, pen) yang Allah halalkan bagimu berupa makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal dan menikahi wanita. Merupakan suatu keharusan bagimu untuk menunaikan hak Rabbmu, hak dirimu, keluargamu, dan orang-orang yang mengunjungimu. Tunaikanlah haknya masing-masing.” (Tafsir Ibnu Katsir)

Dari ayat ini sahaja jelas sekali Allah perintahkan kita mencari kebahagiaan diakhirat. Kebahagian diakhirat akan tercapai hanya dengan amal agama yang sempurna. Namun untuk dunia Allah hanya sekedar katakan “jangan lupa”.

Ini sedikit mirip ketika seorang ayah mengatakan kepada anaknya yang dirantau :“nak.., rajin-rajin belajar, sibukkan dirimu menimba ilmu, ayah mengantarkan mu disini untuk menimba ilmu sebanyak banyaknya untuk bekalmu pulang kekampung halaman, karena setelah kamu pulang kekampung, maka tidak ada kesempatan lagi kamu untuk menimba ilmu dari orang-orang yang berilmu. Namun nak, jangan lupa juga untuk istirahat, jangan lupa juga menjaga kesehatan dan olah raga.”

Anak yang paham akan maksud ayahnya akan menjadikan istirahat, makan dan olah raga sekedar dan seperlunya saja. Ia akan sibukkan dirinya untuk membaca dan menimba ilmu, karena inilah maksud ayahnya. Dan anak yang tidak paham dengan apa maksud ayahnya, maka ia sibukkan dirinya untuk istirahat, menjaga kesehatan dan olah raga. Waktunya banyak dihabiskan dengan perkara istirahat, makan dan olah raga. Dan ajaibnya lagi ketika ada orang yang mengingatkan dirinya, maka ia keluarkan dalil bahwa ayahnya telah berkata “dan jangan lupa untuk sitirahat, menjaga kesehatan dan olah raga”.

Hari ini dengan sadar atau tanpa sadar kita telah terlena dengan perkataan “jangan lupa bahagianmu didunia”. Sehingga dengan ini kita sibukkan diri dengan perkara-perkara ini dan mengesampingkan akhirat. Waktu kita yang 24 jam lebih banyak untuk keperluan-keperluan yang hanya sekedar “jangan lupa” saja. Hanya sisa sisa waktu saja yang kita gunakan untuk “mencari anugerah yang Allah telah anugerahkan kepadamu (berupa kebahagian) di kampung akhirat”

Kembali ke pembahasan semula, berkat adanya orang-orang yang saling berziarah (berkunjung/bersilaturrahim) karena Allah ini, Allah telah sebarkan hidayahNya. Allah rubah kampung-kampung yang dahulunya jauh dari kehidupan agama menjadi kampung yang hidup dengan suasana agama. Orang-orang yang dahulunya pelaku maksiat berubah menjadi orang yang taat dan pembela agama.

Padahal diawal-awal usaha da’wah ini dibuat, kebanyakannya adalah orang-orang awam dalam agama, orang-orang yang bahkan tulis bacapun tidak bisa. Namun berkat usaha da’wah ini, orang-orang awam tersebut Allah beri mereka sifat-sifat dan akhlak yang mulia, sifat-sifat yang mencerminkan kehidupan agama sesungguhnya. Sifat ikrom yang luar biasa, sifat tawadhu’, sifat murah senyum, sifat memuliakan sesama muslim, sifat ikhlas, sifat sabar dan tahan uji , sifat menyenangi sunnah sunah nabi, dan sebagainya. Dengan sifat-sifat yang mulia inilah Allah jadikan sebagai asbab hidayahNya dicurahkan, dengan sifat-sifat inilah pertolongan Allah itu datang, dengan sifat-sifat inilah orang-orang ‘alim tersentak dari khayalannya dan ikut bagian dalam usaha ini. Padahal jika kita tanyakan dalil-dalil agama kepada mereka yang awam itu, maka merekapun tidak mampu menjawabnya.

Begitu banyak kisah tentang bagaimana Allah memberi hidayah kepada manusia lewat usaha yang mulia ini, jalan datangnya hidayah yang jauh dari sangkaan kita, jalan hidayah yang tidak datang dari berkoar-koar dengan dalil. Sehingga hal ini sudah cukup menjadi bukti akan lancangnya ucapan kelompok yang suka menyesatkan da’wah yang mulia ini ( terlalu segan ku mau menyebutnya, karena sudah menjadi sesuatu yang umum prihal watak mereka yang merasa satu satunya kelompok titisan generasi sholeh dahulu dan yang lainnya sesat dan neraka ), dimana katanya : “ da’wah itu harus ber’ilmu dahulu, bagaimana mau da’wah jika tidak tau dalil.!! “ ucapan ini jelas terbantah sendirinya dengan fakta nyata yang terjadi dilapangan. Bahkan seorang alim pun terkadang terhenyak dan sadar mendengar ucapan seorang anak kecil yang tidak tau dalil dari ucapannya, seorang ustad pun tersadar dengan ucapan seorang mantan preman yang mengajaknya sholat berjamaah, padahal mantan preman tersebut belum tau dalil dalil shoheh berkenaan sholat berjemaah.

Sebuah kisah yang mahsyur ditengah usaha da’wah dan tabligh yang mulia ini, kisah seorang pemuda amerika yang mengalami gangguan tidak bisa tidur (insomnia), kemudian ia melihat seorang jemaah (jemaah dari india atau pakistan, saya lupa) yang sedang tidur pulas di atas tumpukan barang bawaan di pinggir jalan (sementara itu teman teman jemaah yang lain sedang pergi untuk suatu keperluan). Ketika sang pemuda mendekati dan bertanya kepada jemaah yang tertidur tersebut, ternyata jemaah tersebut tidak bisa berbahasa inggris, kemudian ketika teman-teman jemaah lainnya datang, barulah pemuda itu bisa berkomunikasi lewat salah seorang jemaah yang bisa berbahasa inggris. Pemuda tersebut menyampaikan rasa takjubnya dan bertanya resepnya terhadap jemaah yang bisa tidur walau diatas tumpukan barang bawaan dan ditengah hiruk pikuknya jalan. Kemudian jemaah tersebut mengajak pemuda tersebut untuk ikut dengan mereka. Singkat cerita pemuda tersebut duduk di majelis ta’lim yang jelas jelas tidak dimengertinya itu, kemudian Allah tidurkan dan beri ia ketenangan di majelis itu, hal ini menyebabkan ia masuk kedalam islam.

Juga ada kisah tentang jemaah yang berkunjung ke australia, didalam pesawat yang menuju australia itu, salah seorang jemaah yang tidak bisa berbahasa inggris, menangis melihat seorang warga australia yang bukan beragama islam. Warga negara australia inipun penasaran kenapa salah seorang jemaah tersebut menangis sambil melihat dirinya, setelah mendapat penjelasan dari anggota jemaah lainnya, ternyata temannya itu menangis berfikir bagaimana nantinya jika warga negara australia tersebut mati sebelum mengenal islam. Dan ini menjadi sebab warga negara australia tersebut masuk islam dikemudian hari.

Ada lagi kisah yang menarik di negeri kita ini. Ini kisah ku dapat ketika di kota medan. Satu jemaah dihantar ke satu kampung, didalam jemaah tersebut ada orang orang yang sudah lama didalam usaha ini dan ada yang baru saja taubat sebagai pelaku maksiat. Suatu kali jemaah ini menargetkan seseorang yang berada dikampung yang mereka datangi untuk kemesjid dan bergabung dengan mereka. Beberapa kali di datangi tetap tidak membuahkan hasil. Akhirnya amir rombongan menugaskan seorang yang awam dan baru taubat untuk berkunjung kerumah yang dijadikan target. Setelah sampai dirumah tersebut dan cerita panjang lebar, sang baru taubat ini melihat seekor ayam jago peliharaan tuan rumah, rupa-rupanya tuan rumah ini hobinya nyabung ayam (meng-adu ayam), dan sang baru taubat ini pun sebelum taubatnya memiliki hobi yang sama. Berkat cerita hal ihwal ayam ini lah menyebabkan antara tuan rumah dan tamunya merasa ‘satu hati’ dan akhirnya tuan rumah pun mau ikut ke mesjid. Lihat.. bagaimana Allah menjadikan seorang yang awam menjadi awal hidayah seseorang, bukan lewat orang-orang yang ‘alim dan berilmu tinggi.

Ku jadi teringat sekitar sebulan yang lalu dimana rumahku di singgahi jemaah masturo’, salah seorang jemaah tersebut dahulunya adalah seorang pemburu babi yang tidak peduli akan halal haram. Bahkan ia pergi berburu kehutan ketika orang-orang hendak pergi kemesjid. Namun berkat adanya orang-orang yang menghidupkan agama di kampungnya, ia pun akhirnya diberi hidayah oleh Allah lewat seorang temannya yang setali tiga uang denganya sebelum taubatnya.

Sangat banyak cerita cerita seperti ini, cerita yang mengambarkan bahwa hidayah Allah bukan harus dengan diawali “dalil yang kuat” terlebih dahulu.

Apa yang saya sampaikan ini bukan berarti bahwa dalam mengamalkan agama ini tidak dibutuhkan ilmu agama yang shoheh, bahkan saya sangat sepakat akan pentingnya ilmu agama agar kita tidak tersesat dalam mengamalkan agama ini. Yang ingin saya kemukakan disini adalah, bahwa dengan gerakan silaturrahim, berjiarah dan berhijrah dalam rangka menghidupkan agama ini telah menimbulkan semangat agama yang luar biasa, dengan gerakan da’wah ini telah memunculkan sifat sifat dan akhlak yang mulia terhadap pelakunya. Dan dengan sifat dan akhlak yang mulia inilah kemudian Allah telah jadikan asbab hidayahNya, Allah telah umumkan gerakan da’wah ini keseluruh dunia. Berawal dari orang-orang yang bodoh Allah kemudian libatkan orang-orang yang ‘alim dalam usaha ini, dan semakin lengkaplah usaha da’wah dan tabligh ini dengan ‘ulama dan umaro’.

Saya sangat berharap teman-teman yang membaca tulisan ini sudi menambahkan kisah-kisah nyata bagaimana Allah memberi hidayah lewat jalan yang tidak disangka sangka.

Hanya Allahlah sang pemilik hidayahNya. Ya Allah.. kekalkan kami dalam hidayahMu. Amiin...

== icun bin abdullah al-riau ==

Comments
2 Comments

2 comments:

  1. “kalau anda tidak sibukkan diri anda dengan perkara agama, niscaya anda akan di_sibukkan dengan perkara dunia_”.

    kalimat ini sangat tepat dengan kondisi saya saat ini.. dan mulai khawatir terlempar dari usaha da'wah ini

    syukron akhi dapat targhiban lagi dari antum..

    minta doanya, semoga ALLAH tidak melemparkan saya dalam usaha da'wah ini.. amin

    ReplyDelete
  2. Moga Allah kekalkan kita dalam hidayahNya, memilih kita dalam usaha da'wah yang mulia ini sampai hayat kita, memilih keluarga kita dalam usaha da'wah ini, memilih keturunan-keturuan kita sebagai pejuang agamaNya.. istajib do'a ana ya Robb..amiiin ya Robb..

    ReplyDelete