Monday 6 October 2008

ISTRI BEKERJA ATAU TIDAK BEKERJA..???

5 Syawal 1429 H : Pukul 11.25 WIB
Setelah mengetik dan ngeprint surat undangan pertemuan rutin KSK RW04 simpang baru panam pekanbaru.
Istri Kerja atau Tidak kerja..???
Tetanggaku.., namanya bang nasir.., dia menasehatiku... ”klo mau cari istri itu cun, carilah yang gak kerja diluar.., apalah enaknya hidup berumah tangga tatkala kita pulang rumah istri tidak dirumah..?? klo pun dia dirumah, dia dalam keadaan sama-sama capek dengan kita.., karena dia juga baru pulang dari kerja diluar.., layanannya dirumah jelas tidak akan maksimal.., kasih sayang anak-anak pun tidak bisa diberikan secara maksimal.., ketika anak pulang kerumah, sang ibu masih di tempat kerja..,
bukankah seharusnya sang ibu berada dirumah ketika anak pulang dari sekolah?? mendengarkan curhat mereka.., menanyakan keadaannya.., wajar aja anak-anak sekarang lebih cenderung mencari kebahagiaan diluar rumah.., wajar aja klo habis pulang sekolah anak tidak langsung pulang rumah, karena gak ada yang 'menyambutnya dengan hangat' dirumah..! klo soal rezeki itu kita sendiri yang mencari pun udah mencukupi.”

Pendapat bang nasir ini diperkuat dengan ceramah yang ku dengar di radio hidayah pertengahan romadhon ini. ”separuh hidup laki-laki dihabiskan dirumah-rumah mereka, sehingga istrimu adalah surgamu....... atau nerakamu”

Pendapat bang nasir ini juga perkuat dengan sebuah film yang pernah ku tonton di televisi dengan judul ”Sebatas yang aku mampu” (terlalu panjang tuk menceritakannya.. mendingan nonton aja deh.. he..he.. )

Dihari ketiga hari raya salah satu saudara ibuku datang silaturahim.., saudara ibuku ini punya pandangan yang berbeda dengan bang nasir.., ”cari istri itu bagusnya yang udah bekerja..., hidup akan mudah karena yang mencari itu dua orang (maksud kata ’mencari’ adalah istri juga berpenghasilan), klo Cuma suami aja yang mencari maka sulit berencana ( maksud ’berencana’ adalah punya rencana dengan kelebihan uang penghasilan).”

Ternyata ada dua pandangan dalam hidup berumah tangga :
1.orientasi kebahagiaan secara hakiki,
2.orientasi kekayaan dengan alasan untuk mencapai kebahagiaan.

Terlepas dari anda memilih istri bekerja atau tidak bekerja..., yang jelas.., dalam salah satu nasehat pernikahan yang pernah kudengar ketika seorang seniorku sewaktu kuliah menikah.., ustad itu mengatakan. ” Tidak dianjurkan seorang wanita itu bekerja diluar rumah jika nafkah dari sang suami mencukupi keperluan hidup. Dan andaikan bila seorang wanita terpaksa bekerja diluar rumah, maka harus memenuhi 4 syarat, yaitu :
1.Tidak ikhtilat (campur baur dengan lelaki lain dalam perkerjaan)
2.Menutup aurat secara sempurna
3.Tidak di malam hari
4.mendapat izin dari suami.

Sekian dulu... dah malam.. dah ngantuk..

== icun bin abdullah ==

Comments
4 Comments

4 comments:

  1. mas icun...selamat menempuh hidup baru yaaa...
    salam buat mbakyu-nya

    we miss u


    mary
    (member hidayatullah)

    ReplyDelete
  2. makasih mbak mary..
    udah lama juga gak gabung ke forum hidayatullah, maklum.. cuti nikahnya 1 bulan, eh.. pas mo gabung lagi.. forumnya lagi error sampai sekarang.. hiks..

    == icun bin abdulah ==

    ReplyDelete
  3. Assalammualaikum w.wb...
    mau nanya nih mas icun.. Saya dan Istri bekerja.. dan anak2 tentu saja dititip.. trus saya berpikir.. andai saja hidup bertiga.. tentu anak2 ada yang menjaga.. kira2 kalau ingin menikah lagi secara syariat butuh izin istri ga?

    Terima kasih

    wasalam

    ReplyDelete
    Replies
    1. :). klo ditanya secara syariat, seorang laki-laki tidak perlu izin siapa pun untuk menikah, baik itu nikah pertama, kedua, ketiga, atau keempat.

      namun nurutku, alasan untuk menikah lagi karena istri bekerja adalah alasan yang sedikit lemah. sebaiknya musyawarahkan dulu dengan istri, beri ia pencerahan tentang skala prioritas dalam kehidupan berumah tangga. Dan jangan lupa berdoa agar Allah pahamkan dan lembutkan hatinya.

      kata orang bijak "Anak adalah titipan Tuhan, menitipkan apa yang telah dititipkan tuhan adalah perbuatan yang tidak layak". :)

      wallahu'alam

      Delete